Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin)

Kastara.ID, Jakarta – Beberapa pihak ditengarai mengaitkan Reuni 212 dengan kepentingan Anies Baswedan pada Pilpres 2024.

“Tudingan itu memang tidak beralasan karena tanpa didukung fakta yang akurat. Upaya mengaitkan Reuni 212 dengan kepentingan Anies untuk Pilpres 2024 tampaknya hanya didasarkan asumsi belaka,” ungkap M Jamiluddin Ritonga, Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jakarta kepada Kastara.ID, Sabtu (4/12).

Menurut pengamat yang kerap disapa Jamil ini, peserta Reuni 212 bukanlah pihak yang dapat mengusung seseorang menjadi capres atau cawapres. Karena itu, tidak ada untungnya bagi Anies untuk mendompleng dalam Reuni 212.

“Lagi pula isu yang diangkat selama Reuni 212 tidk ada menyebut pilpres, termasuk soal capres dan cawapres. Bahkan nama Anies terkait pilpres tidak muncul dalam reuni tersebut,” imbuhnya.

Jadi, memang tidak ada cukup bukti untuk menyatakan Reuni 212 kental dengan kepentingan pencapresan Anies. Pihak-pihak yang mengaitkan tersebut selama ini memang teridentifikasi berseberangan dengan Anies. Kelompok tersebut memang selalu mengaitkan Anies dalam konotasi negatif bila ada kelompok Islam di luar NU dan Muhammadiyah yang melakukan aksi di Jakarta.

“Pihak-pihak tersebut dalam menuding Anies tampaknya atas dasar kebencian. Mereka memberi stigma negatif kepada Anies tanpa didukung fakta akurat,” imbuh pengamat yang juga mantan Dekan FIKOM IISIP Jakarta ini.

Sikap awal yang penuh kebencian membuat mereka menilai Anies serba negatif. Suatu peristiwa, seperti Reuni 212, kerap dijadikan pembenaran sikap awal mereka yang penuh kebencian itu.

Karena itu, sikap Anies yang tidak pernah merespons tudingan mereka sudah tepat. “Anies membiarkan mereka seperti anjing menggonggong yang dampaknya memang tidak besar. Hal itu terbukti dengan tetap tingginya elektabilitas Anies dalam setiap hasil survei dari lembaga survei yang kredibel,” pungkasnya. (dwi)