Alibaba

Kastara.ID, Jakarta – Pendiri Alibaba dan Ant Group Jack Ma pertama kali dikabarkan menghilang pada Ahad (3/1) lalu. Ia menghilang secara misterius dari acara televisi reality show-nya usai melontarkan kritik terhadap sistem regulasi keuangan China.

Jack Ma diketahui mengkritik regulator dan bank milik China saat menjadi pembicara sebuah konferensi teknologi finansial pada Oktober 2020.

Melansir The Telegraph, profil Ma hilang dari halaman web penjurian Africa’s Business Heroes–program TV bergaya Dragons’ Den untuk pengusaha pemula. Jack Ma juga tidak terlihat di tahap final berlangsung dan dalam video promosi.

Ma merupakan salah satu pengusaha paling sukses di Tiongkok. Namun, dia semakin tidak akur dengan pemerintah China setelah dirinya mendorong ekonomi yang lebih terbuka di Tiongkok.

Pada 2013 lalu, dalam sebuah wawancara dengan People’s Daily, pendiri Alibaba Group ini menyebut regulator keuangan China telah ‘berlebihan’.

Dia kemudian menyerukan keterbukaan dalam industri yang menurutnya tidak melayani mayoritas masyarakat China ini. Jack Ma menilai industri perbankan China cukup kaku karena hanya memberikan pelayanan kepada segelintir masyarakat saja.

“Industri keuangan China, terutama industri perbankan, hanya melayani 20 persen klien dan saya melihat ada 80 persen klien yang tidak tercakup (oleh layanan mereka),” katanya.

Tujuh tahun berselang dari wawancara tersebut, Jack Ma tak berubah. Ia tetap vokal dalam mengkritisi pemerintahan Xi Jinping.

Pada akhir Oktober 2020 lalu. Pada sebuah konferensi di Shanghai akhir Oktober 2020, ia mengkritik regulator China karena menghambat inovasi dan tidak memiliki risiko sistem keuangan yang sehat.

“Yang kami butuhkan adalah membangun sistem keuangan yang sehat, bukan risiko keuangan yang sistematis. Berinovasi tanpa risiko berarti mematikan inovasi. Tidak ada inovasi tanpa risiko di dunia,” ujar Jack Ma kala itu.

Tak lama berselang dari pernyataan tersebut, Ma diinterogasi oleh regulator pada 2 November 2020 atau hanya beberapa hari dari debut pencatatan saham perdana Ant Group. Interogasi tersebut berbuntut pada penangguhan Initial Public Offering (IPO) Ant Group oleh regulator China pada 6 November silam.

Imbasnya, grup tersebut kehilangan peluang mendapatkan US$ 37 miliar setara Rp 525,77 triliun (mengacu kurs Rp 14.210 per dolar AS) dari gelaran IPO itu. Selain itu, dia juga tergelincir ke urutan ketiga dalam daftar orang terkaya di China. (har)