Debat Capres Pilpres 2019

Kastara.ID, Jakarta – Akhirnya rangkaian Debat Publik Pemilu Presiden/Wakil Presiden (Pilpres) 2019 memasuki tahap akhir. Pada 13 April 2019 mendatang debat kelima atau debat final akan digelar dengan tema ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan, investasi, serta industri. Tema pamungkas ini dinilai menjadi jantung persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini. Oleh kerena itu, saat debat, pemilih diharapkan jeli dan rasional mencermati pasangan calon (paslon) presiden/calon wakil presiden mana yang mempunyai gagasan besar dan rasional untuk menyelesaikan berbagai persoalan ini.

Senator atau Anggota DPD RI Fahira Idris mengharapkan, kedua paslon mampu menyuguhkan perdebatan yang berkualitas, sehingga pemilih tidak hanya memahami konteks persoalan terkait tema tetapi juga mendapat solusi yang rasional dari kedua paslon untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan kesejahteraan bangsa ini.

“Tema yang diangkat pada debat final ini dapat dikatakan jantung persoalan yang menghimpit bangsa saat ini. Paslon yang mampu mengurai persoalan ini dengan baik dan sistematis serta mampu menawarkan gagasan besar dan solusi bernas, maka 17 April nanti akan mendapat mandat dari rakyat,” ujar Fahira Idris, di Jakarta (5/4).

Menurut Fahira, persoalan utama yang terjadi empat tahun belakangan ini adalah ekonomi yang tidak bertumbuh karena hanya mentok di angka 5 persen sekian. Kondisi ini berimbas kepada kesejahteraan sosial yang juga tidak kunjung membaik karena angka 5 persen tidak mungkin mampu menggairahkan aktivitas ekonomi rakyat sehingga kesejahteraan terganggu dan salah dampak terbesarnya adalah kesulitan lapangan pekerjaan.

“Sejak 2014 pertumbuhan ekonomi kita kan terus mentok di angka 5 persen sekian. Kalau cuma berkutat di 5 persen kita tidak akan pernah beranjak menjadi negara maju. Angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan disertai kemampuan melakukan pemerataan, otomatis meningkatkan kesejahteraan rakyat. Makanya pada debat nanti, kita harus cermat melihat paslon mana yang punya strategi besar mendongkrak pertumbuhan ekonomi dalam tempo sesingkat-singkatnya,” tukas Senator Jakarta ini.

Ekonomi yang tidak berkunjung tumbuh, lanjut Fahira, juga berdampak kepada kinerja keuangan, investasi, serta industri yang kondisinya juga tidak mengembirakan.

“Seretnya aliran investasi menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi kita. Industri terutama manafuktur melemah akibatnya ekspor kita terus turun. Kondisi-kondisi seperti ini harus menjadi highlight perdebatan sehingga rakyat mendapat solusi yang konkret,” pungkas Fahira yang kembali mencalonkan diri sebagai Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta ini. (dwi)