Bansos

Kastara.ID, Jakarta – Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini atau Risma dikabarkan telah meminta maaf atas tindakannya marah-marah terhadap petugas pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) di Gorontalo. Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Sosial (Kemensos) Harry Hikmat yang menyatakan Risma meminta maaf melalui layanan pesan WhatsApp (WA) kepada istri Gubernur Gorontalo Rusli Habibie, Idah Syahidah.

Saat memberikan keterangan (4/10), Harry menjelaskan, Idah Syahidah juga menjadi anggota DPR RI Komisi VIII. Harry menambahkan, Idah selanjutnya menforward WA tersebut ke Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie. Setelah itu Rusli juga meminta maaf kepada Risma lantaran telah terjadi kesalahan pahaman hingga terjadi peristiwa Risma marah-marah.

Terkait sumber meluapnya kemarahan Risma, Harry menjelaskan perihal kekeliruan yang terjadi saat rapat kerja distribusi bantuan sosial di Gorontalo, Kamis (30/9) lalu. Harry menuturkan, semula pendamping PKH bernama Fajar Sidiq Napu mengatakan ada 26 nama penerima bansos PKH yang dicoret dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial.

Kemensos pun langsung mencari tahu kebenaran informasi tersebut. Setelah diteliti, nama ke-26 orang tersebut masih terdata dalam sistem bansos PKH, hanya saja penyaluran bansosnya belum terealisasi. Menurut Harry, pihaknya sudah melakukan klarifikasi dan minta maaf.

Harry mengakui suasana rapat saat itu sangat melelahkan. Sehingga sangat wajar jika Risma menjadi emosi karena perbedaan data bansos dalam rapat tersebut. Terlebih banyak hal yang turut dibahas dalam rapat tersebut.

Sebelumnya sebuah video memperlihatkan Mensos Tri Rismaharini marah-marah ketika rapat bersama pejabat Provinsi Gorontalo terkait distribusi Bansos. Dalam video yang beredar luas di media sosial itu Risma terlihat mengacungkan pena pada seorang pendamping bansos Program Keluarga Harapan (PKH) di wilayah Gorontalo.

Politisi PDIP itu tidak terima disebut mencoret data penerima bansos sehingga bantuan tak tepat sasaran. Saat meluapkan kemarahannya, Risma bahkan mengatakan, “Tak tembak kamu ya, tak tembak kamu!”

Kejadian itu bahkan membuat Gubernur Gorontalo Rusli Habibie merasa tersinggung. Rusli mengingatkan Risma untuk menjaga sikap di depan rakyat, terlebih saat berkunjung ke kampung orang.

Meskipun hanya pegawai rendahan, Rusli menegaskan, petugas pendamping PKH itu adalah anak buahnya. Rusli menambahkan, pegawai itu adalah manusia yang tidak layak diperlakukan seperti itu. Rusli menyatakan tindakan Risma adalah contoh buruk perilaku seorang pejabat negara. (ant)