Kampung Indian Blitar

Kastara.id, Jakarta – Blitar menjadi daerah produksi dua kerajinan tangan utama, yakni Kampung Indian yang merupakan pusat produksi pernak pernik khas Indian dan Pusat Kerajinan Jimbe yang terletak di dusun Bendil, Desa Jiwut, Nglegok, Blitar.

Bupati Blitar H. Riyanto, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (6/2), mengatakan, UKM gendang jimbe yang sudah beroperasi sejak tahun 2011 ini menyediakan gendang dalam berbagai macam bentuk, mulai dari ukuran 10 sentimeter sampai 60 sentimeter, dari harga Rp 25 ribu sampai Rp 500 ribu. Keunikan jimbe produksi Dusun Bendil adalah kualitas ukiran yang terdapat di badan jimbe. Hebatnya, pemasarannya sudah merambah hingga ke luar negeri.

Jimbe dapat menjadi cenderamata khas Blitar, selain itu bisa juga dimainkan maupun untuk hiasan rumah. Untuk perawatan tidak sulit, cukup diletakkan di dalam ruang kering dan sesekali dibersihkan.

Tidak jauh dari Pusat Kerajinan Jimbe, ada Kampung Indian, yakni sebuah lokasi yang memproduksi kostum dan pernak pernik khas hunian tradisional Amerika Utara. Pendirinya bernama Miftakhul Rohman. Ia menyulap rumahnya seperti galeri. Selain tepees tiruan, ia juga meletakkan replika topeng Indian berukuran hampir 2 meter yang ditata mirip pintu gerbang kampung persukuan.

Rohman adalah seniman pembuat topeng. Ia mengkhususkan keahliannya pada produksi topeng Indian. Usaha itu dimulai pada 1999. Pada awalnya, dia hanya iseng dan coba-coba, namun akhirnya membuahkan hasil yang menakjubkan. Karyanya mampu menjadi salah satu sumber mata pencaharian bagi penduduk setempat.

Wisatawan yang menyukai sejarah juga bisa mengunjungi Candi Penataran yang terletak di Desa Penataran, Nglogok, Kabupaten Blitar, tepat di 450 meter di atas permukaan laut di kaki Gunung Kelud. Candi Penataran adalah kompleks candi terbesar yang ada di Jawa Timur Indonesia. Pengunjung bisa menikmati Sunrise dengan berlatar belakang bangunan candi. Selain itu, daya tarik lain yakni ‘Mata air yang tak pernah kering’.

Menurut ketua pemandu wisata di Blitar, Anto, mata air tersebut mengandung banyak mitos. Terlebih, mata air sudah ada semenjak Candi Penataran dibuat, awalnya tempat ini merupakan tempat mengambil air suci untuk upacara dewa gunung.

“Mata air ini bukan tempat untuk raja dan ratu membersihkan diri, namun air suci yang digunakan untuk acara pemujaan dewa gunung. Istimewanya, walaupun sudah ada sejak beribu-ribu tahun lalu, dan terkena kemarau. Air di sini tidak pernah surut sedikit pun,” ucap Anto.

Konon, dipercaya orang yang membasuh tubuh di air suci akan tampak awet muda, dan apabila Anda melemparkan koin dengan cara menghadap belakang dan masuk ke dalam kolam tersebut, keinginan Anda akan terkabul.

Melihat potensi pariwisata yang demikian besar, maka pariwsiata bisa menjadi penggerak ekonomi masyarakat di Blitar. (mar)