Empan Papan

Oleh: Jaya Suprana

DARI sekian banyak falsafah atau pedoman hidup Jawa yang saya warisi dari orang tua saya adalah empan papan yang terkesan sederhana namun mengandung keluasan dan kedalaman makna luar biasa paripurna.

Tafsir Makna
Satu di antara sekian banyak tafsir atas makna empan papan adalah: “menempatkan diri sesuai tempat atau situasi dan kondisi yang tepat”. Pada hakikatnya empan papan merupakan suatu bentuk pedoman membawa diri dalam kehidupan sosial mulai dari rumah tangga, ekonomi, marketing, pendidikan, politik sampai agama.

Di dalam wilayah pemikiran Barat, empan papan lebih berfungsi sebagai das Sollen ketimbang das Sein. Secara andaikatamologis, empan papan mampu memiliki peran dan fungsi sangat penting dalam ilmu sejarah (what if) maupun dalam mitologi yang lebih kerap menampilkan keteladanan buruk sebagai dystopia ketimbang utopia.

Contoh
Misalnya dalam Mahabharata, andaikata Kurawa mau dan mampu bersikap empan papan maka tidak ada malapetaka Bharatayudha. Andaikata Yudistira mau dan mampu bersikap empan papan sehingga tidak lupa daratan ketika berjudi melawan Sengkuni sampai tega mempertaruhkan empat saudara bahkan istrinya maka Drupadi tidak perlu bersumpah akan kramas dengan darah Dursasana yang kemudian diwujudkan oleh Bima. Andaikata Rahwana versi India mau dan mampu bersikap empan papan untuk tidak menculik Shita maka Rama dan laskar wanaranya tidak perlu menyerbu Alengkadiraja. Andaikata Loki mau dan mampu bersikap empan papan demi menahan diri untuk tidak merebut tahta Asgard dari Odin yang ingin mewariskannya ke Thor maka prahara Ragnarok tidak akan terjadi.

Andaikata Paris empan papan tidak memilih Venus sebagai dewi tercantik maka Perang Troja tidak akan terjadi menumpaskan bangsa Troya. Andaikata Adolf Hitler mau dan mampu bersikap empan papan untuk tidak melampiaskan angkara murka memperluas Lebensraum dan membersihkan ras Arya maka tidak ada Perang Dunia II yang membinasakan jutaan umat manusia. Andaikata Josef Stalin mau dan mampu bersikap empan papan demi menahan diri mengumbar kerakusan kekuasaan dirinya sendiri maka Russia tidak perlu mengalami masa kegelapan dalam lembaran sejarah dunia. Andaikata Mao Zedong empan papan maka tidak terjadi Revolusi Kebudayaan yang menyengsarakan bahkan membinasakan entah berapa warga Republik Rakyat China yang sampai kini belum diketahui kebenaran jumlahnya.

Indonesia
Sebenarnya andaikatamologi empan papan dapat dilanjutkan sampai ke Indonesia masa kini. Namun demi tidak melukai perasaan pihak-pihak tertentu maupun demi keselamatan diri saya sendiri, lebih bijak apabila saya bersikap empan papan, yaitu “menempatkan diri sesuai dengan tempat atau situasi dan kondisi yang tepat”. Maka lebih bijak bagi kepentingan bersama, secara ojo dumeh dan jihad-al-nafs saya menahan diri untuk tidak gegabah secara terbuka mengungkap praktik pengabaian makna adiluhur yang terkandung di dalam falsafah empan papan sebagai pedoman hidup yang arif bijaksana.

Bagi yang tetap ingin mengetahui bahwa pengabaian empan papan terjadi atau tidak terjadi di Tanah Air Udara tercinta ini maka silakan cermati apa yang sedang terjadi di panggung politik kekuasaan di sekeliling diri kita masing-masing. Namun sebelum mengungkapkan hasil pengamatan masing-masing sebaiknya kita semua berupaya menghayati kemudian mematuhi sebuah makna komunikasi antar manusia yang terkandung di dalam empan mapan yaitu tidak semua yang benar perlu diungkapkan namun apabila memang dianggap perlu diungkapkan sebaiknya secara benar. (*)

* Penulis adalah pembelajar pemikiran Jawa.