Dicky Senda

Kastara.ID, Jakarta – Bicara tentang upaya menangkal krisis iklim, bisa datang dari mana saja, bahkan dimulai dari langkah paling sederhana yaitu dari apa yang kita konsumsi di atas piring kita!

Adalah Dicky Senda, seorang wiraswastawan di Mollo, Timor Tengah Selatan dan sekaligus sastrawan, yang percaya bahwa bahaya krisis iklim yang besar itu, bisa dicegah dengan upaya sederhana yaitu mempertahankan pangan lokal. Dia lalu mengisahkan pengalamannya selama bergiat dalam pengarsipan pengetahuan lokal masyarakat adat. Menurutnya, bijak memanfaatkan pangan lokal di hutan adalah pilihan terbaik dibandingkan menebang hutan demi mencetak sawah untuk makan yang justru merusak lingkungan.

Berbagai kerusakan terjadi akibat pembalakan hutan untuk membuka perkebunan dan sawah-sawah yang menyebabkan berkurangnya resapan air hingga membuka potensi terjadinya berbagai bencana alam.

“Pemerintah memang punya ide food estate atau lumbung pangan baru untuk program ketahan nasional. Namun kita jangan menggunduli hutan untuk dapat sawah besar. Dengan kita pelihara hutan, maka akan ada sumber karbohidrat lain,” tukas pengarang yang pernah menerbitkan Kumpulan Cerpen: Kanuku Leon (2013) ini dalam sesi Podcast (MariBerJudi) on Sustainable Lifestyle (4/11), dalam rangkaian Pekan Diplomasi Iklim Uni Eropa.

Ada beragam pangan lokal yang bisa dimanfaatkan dari hutan, seperti karbohidrat dari sagu, ubi, hingga sayuran yang bisa didapatkan dengan tetap melestarikan lingkungan yang ada. Dengan memanfaatkan hutan, penganekaragaman pangan bisa beragam, tidak hanya melulu berharap dari beras.

Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta ini menceritakan, nenek moyang bangsa ini hakikatnya memang hidup berdampingan dengan alam. Termasuk melakukan cara hidup yang menjaga keseimbangan dari adanya mekanisme cara hidup sehari-hari. “Mereka sadar betul, musim kemarau Panjang sehingga perlu mengawetkan pangan. Itu jadi menarik karena mereka sudah adaptif terhadap perubahan lingkungan dari dulu,” kata pria kelahiran 22 Desember 1986 ini.

Melalui hal-hal sederhana itulah, Dicky dan komunitasnya lantas mencoba mengajak lebih luas lagi masyarakat adat setempat untuk lebih memaknai apa yang mereka miliki. Selain itu, Ia juga mengajak agar pengarsipan pengetahuan lokal bisa dipelajari lebih luas. Menariknya, pengangarsipan itu berhasil menemukan 80 jenis makanan dan minuman tradisional asal Mollo.

“Kami bikin forum kecil-kecilan anak muda adat untuk menyadari realitas kekuatan lokal yang ada. Sementara ajakan anak muda dan masyarakat luas tentang pengarsipan pengetahuan local seperti kuliner ini disebarkan melalui sosmed,” pungkasnya.

Podcast Mari berJudi adalah sebuah sebuah platform podcast bentukan Riesmasari, Juris Bramantyo, dan Diduk yang menyuarakan banyak hal dan topik menarik yang erat dalam keseharian kita. Melalui beberapa topik tentang krisis iklim ini, diharapkan semakin banyak pesan-pesan alam dapat disampaikan. (nth)