Nugroho Suprana

Oleh: Jaya Suprana

BAPAK Nugroho Suprana meninggalkan dunia fana pada dini hari 5 Februari 2020 di Perth, Australia. Saya cukup dekat dengan pak Nug sebab beliau adalah putra almarhum paman saya, Bambang Suprana sebagai sesama pemilik saham perusahaan keluarga Suprana, yaitu kelompok usaha Jamu Jago.

Menghitung Hari
Sebagai sesama generasi III pimpinan grup perusahaan Jamu Jago, Pak Nug dan saya senantiasa bahu-membahu gotong royong memimpin perusahaan keluarga Suprana. Termasuk bersama membimbing generasi IV yang kini menatalaksana perusahaan-perusahaan keluarga Suprana. Adalah Pak Nug pulalah yang antusias mendukung gagasan saya mendirikan MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia). Maka, kepergian Pak Nug ke alam baka sangat memukul lubuk sanubari saya pribadi. Saya benar-benar kehilangan seorang anggota keluarga sekaligus sahabat dan mitra kerja dalam bersama memimpin perusahaan keluarga Suprana.

Di sisi lain rasa kehilangan saya juga menyadarkan bahwa setiap saat bisa tiba giliran saya menyusul Pak Nug ke alam baka, apalagi usia saya lebih tua sembilan tahun ketimbang Pak Nug.

Setiap hari terlewati berarti saya melangkah maju satu hari makin mendekati saat ajal. Sambil menghitung hari sisa hidup, saya makin menghayati makna adiluhur yang terkandung falsafah Ojo Dumeh sebagai falsafah keluarga Suprana yang diwariskan oleh pendiri Djamoe Tjap Djago pada tahun 1918 di desa Wonogiri, yaitu kakek saya: T.K. Suprana.

Ojo Dumeh
Falsafah Ojo Dumeh mewajibkan saya senantiasa sadar bahwa setinggi apapun pendidikan, sebanyak apapun harta benda, secerdas apapun otak serta sebesar apapun kekuasaan, pada hakikatnya manusia tidak berdaya apapun dalam menghadapi Kehendak Yang Maha Kuasa. Maka saya wajib menunaikan Jihad Al Nafs menaklukkan diri sendiri agar jangan sampai dumeh alias takabur serta lebih peka bela-rasa derita sesama manusia demi selalu berupaya membantu mereka yang sedang dalam kesulitan. Saya wajib senantiasa menjunjung tinggi harkat dan martabat jamu, keroncong, dangdut, campur sari, wayang orang, pemikiran Kejawen, psikologi Nusantara, filsafat Indonesia sebagai warisan mahakarya kebudayaan Indonesia.

Masih begitu banyak anak muda Indonesia berbakat luar biasa membutuhkan dukungan melalui MURI dan Jaya Suprana School of Performing Arts, agar mereka dapat mempersembahkan karsa dan karya terbaik masing-masing bagi bangsa Indonesia. Masih begitu banyak hal yang wajib saya persembahkan sebagai balas budi bagi negara, bangsa dan rakyat Indonesia yang telah menganugerahkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi diri saya dan keluarga Suprana. (*)

* Penulis adalah warga Indonesia yang berhutang budi kepada negara, bangsa dan rakyat Indonesia.