https://yaledailynews.com/(yaledailynews.com)

Kastara.ID, Jakarta – Dunia internasional ternyata meragukan data orang terpapar Covid-19 di Indonesia. Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Achmad Hafisz Tohir menilai, sebaran wabah virus ini mungkin sudah meluas di Tanah Air, namun Pemerintah menyembunyikan sebagian data tersebut. Mereka yang dalam status orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) jumlahnya bisa lebih banyak daripada yang dirilis Pemerintah.

Menurutnya, Indonesia bisa menyaingi Iran dan Italia dalam jumlah korban yang terpapar virus Covid-19. “Australia menduga Indonesia melakukan under-reporting atas jumlah pasien terjangkit Covid 19. Apa yang dilaporkan lebih sedikit dari kenyataan. Australia pun menyetop penerbangan Bali-Australia dan melarang warganya berkunjung ke Bali. Pemerintah perlu menjelaskan hal ini kepada publik,” tegas Hafisz alam rilisnya, Selasa (7/4).

Kritik keras juga dilontarkan sutradara asal Kanada Daniel Ziv kepada Menkes RI Terawan Agus Putranto yang memamerkan pasien sembuh Covid-19 kepada publik. Mengutip pernyataan Daniel dalam akun twitter-nya, Hafisz mengatakan, “The degree of Indonesian government #COVID19 neglect and stupidity is truly mind blowing,” seraya menuturkan, “Ke depan segala respons dan statemen otoritas kesehatan Indonesia haruslah disampaikan dengan hati-hati.”

Tidak hanya itu, Wakil Ketua F-PAN DPR RI tersebut juga menyampaikan statement seorang profesor dari Universitas Essex, Inggris, seperti dikutip Daily Mail London bahwa Pemerintah Indonesia hanya melakukan 2000 test covid dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 270 juta jiwa. Menurut profesor itu, separuh populasi Indonesia akan terinfeksi virus. Dan Indonsia bisa mendapat predikat sebagai negara dengan angka kematian tertinggi di dunia.

Bahkan, sambung Anggota Komisi XI DPR RI ini, Iqbal Ridzi Elyazar dari lembaga Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) mengatakan bahwa sekitar 70.000 warga Indonesia diprediksi akan terinfeksi virus Covid-19. “Untuk itu, rapid test harus terus dilakukan sampai zero infectant. Mengingat pihak luar negeri masih tidak percaya terhadap pertambahan jumlah penderita korona yang stabil di kisaran angka 115 per hari. Sebagai contoh penderita di Malaysia sudah mencapai 3.200 lebih. Tetapi di Indonesia masih sekitaran 1.790. Padahal, penduduk Indonesia 10 kali lipat mereka,” imbuh Hafisz. (rso)