Masker

Oleh: Jaya Suprana

BERANEKA-ragam perilaku masyarakat menghadapi ancaman musibah virus Corona yang telah menghebohkan umat manusia di planet bumi masa kini.

Perilaku
Ada yang ketimbang menanggulangi musibah malah lebih sibuk mencari kambing-hitam untuk disalah-salahkan sebagai biang keladi yang bertanggung-jawab atas terjadinya musibah. Ada yang kreatif bikin meme-meme lucu-lucu, yang pada hakikatnya kurang lucu akibat penyakit menular memang bukan sesuatu yang lucu. Ada yang mendadak terserang virus panik maka ganas menyerbu department store demi memborong makanan-jadi maupun bahan makanan untuk ditimbun akibat kuatir tidak tersedia lagi makanan akibat musibah virus Corona.

Masker
Ada yang panik memborong masker penutup mulut dan hidung agar punya stock cukup banyak untuk menangkal penyakit saluran pernafasan akibat virus Corona yang memang mudah menular itu. Ada yang memanfaatkan suasana panik virus Corona sebagai alasan menimbun masker sebanyak mungkin untuk dilepas ke pasar dengan harga setinggi langit  apabila sediaan masker sudah melangka.

Namun yang paling mengerikan adalah yang tega mengumpulkan masker bekas yang sudah dibuang ke tong sampah untuk kemudian didaur-ulang lalu dijual sebagai masker baru dengan harga semahal mungkin. Maka pemerintah Singapura tegas mengancam akan menangkap dan menghukum siapa pun yang menaikkan harga jual masker di masa kemelut virus Corona.

Jepang
Lain padang lain belalang maka lain masyarakat lain perilaku, seperti perilaku masyarakat Jepang dalam menghadapi ancaman virus Corona. Untuk ke sekian kali masyarakat Jepang membuktikan taraf peradaban mereka dalam menghadapi musibah bencana alam. Tanpa ancaman hukuman apa pun, para penjual masker di Jepang secara sukarela malah memasang papan promosi bukan menaikkan namun menurunkan alias mendiskon harga masker yang mereka jual.

Masyarakat Jepang justru melawan dalil kodrat ekonomi kapitalisme bahwa makin besar kebutuhan konsumen atas suatu produk maka produsen memiliki kesempatan emas untuk menaikkan harga jual produk yang dibutuhkan masyarakat. Masyarakat Jepang menampilkan suri teladan budi-pekerti dengan mengutamakan nilai kemanusiaan jauh di depan nilai komersial.

Maka saya mohon izin untuk membungkukkan badan saya yang sudah mulai bungkuk akibat dimakan usia ini demi mengungkap rasa hormat saya kepada masyarakat Jepang sambil mengucapkan ARIGATOU GOZAIMASU! (*)

* Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan serta pembelajar peradaban umat manusia.