Kudeta

Kastara.ID, Jakarta – Juru Bicara junta militer Myanmar Mayor Jenderal Zaw Min Tun menyatakan tidak bertanggung jawab atas kematian anak-anak sejak kudeta berlangsung. Pihaknya justru menyalahkan para demonstran.

“Di beberapa tempat mereka memprovokasi anak-anak untuk ikut dalam kerusuhan kekerasan. Karena itu mereka bisa terkena pukulan ketika aparat keamanan menindak massa,” katanya’

Hal tersebut lantaran, “Tidak ada alasan kami akan menembak anak-anak, ini hanya teroris yang mencoba membuat kami terlihat buruk,” ucap Zaw Min Tun.

Selama ini junta militer memang menyebut para demonstran anti kudeta sebagai teroris. Menurut Zaw, tidak mungkin seorang anak ditembak di dalam rumah mereka. Penyelidikan akan dilakukan jika itu memang terjadi.

Berdasarkan laporan UN Children, 46 anak terbunuh sejak kudeta. CNN telah mendokumentasikan kejadian anak-anak ditembak di rumah mereka atau saat bermain di luar.

Berdasarkan video yang beredar luas di media sosial menunjukkan ayah seorang anak berteriak sembari menangis di belakang taksi saat dia bergegas membawa tubuh anaknya yang sudah tak bernyawa untuk meminta bantuan.

“Saya bertanya kepada mereka bahwa anak saya meninggal dengan luka tembak, mengapa Anda ingin mengatakan itu bukan karena peluru?” katanya.

Pasukan junta militer juga dilaporkan menggali mayat seorang pengunjuk rasa muda dan melakukan otopsi untuk memastikan peluru yang menewaskannya bukan berasal dari senjata polisi.

Namun realita di lapangan membantah klaim itu. Tentara dan polisi menembak mati pengunjuk rasa, pengamat, dan anak-anak.

Menurut catatan kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) setidaknya 600 warga sipil dibunuh pasukan keamanan. (har)