Indonesia(Anas)

Kastara.ID, Jakarta – Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menyatakan, Indonesia bisa kembali naik kelas menjadi negara berpenghasilan menengah ke atas versi klasifikasi Bank Dunia paling cepat pada 2023. Sementara, proyeksi moderatnya pada 2024.

“Kalau sekadar kembali ke upper middle income country tentu dua sampai tiga tahun (dari sekarang) bisa,” ungkap Bhima, Jumat (9/7).

Kendati demikian, kata dia, proyeksi ini sangat bergantung pada penyelesaian pandemi Covid-19 di dalam negeri. Pasalnya, hal ini memengaruhi seberapa cepat pemulihan ekonomi nasional bisa dilakukan.

Bila ekonomi pulih dan pertumbuhan positif mulai tahun ini serta berlanjut pada tahun depan, hal ini bisa mengerek kembali tingkat pendapatan masyarakat. “Misal pertumbuhan 4 persen saja di 2021 dan 2022, sudah bisa memiliki GNI per kapita di kisaran US$4.185, di mana kategori upper middle income country di atas US$4.096,” jelasnya.

Masalahnya, kata Bhima, Indonesia seharusnya tidak hanya berkeinginan untuk kembali ke kelas negara berpenghasilan menengah ke atas, tapi lebih dari itu mencapai mimpi menjadi negara berpenghasilan tinggi alias negara maju. Apalagi, target ini sudah dibidik sejak beberapa tahun terakhir.

Oleh karena itu, berbagai strategi perlu dilakukan untuk mengejar target tersebut. Pertama, menurut Bhima, pemerintah harus fokus melakukan transformasi struktural di bidang industri. Hal ini bisa dilakukan dengan memperkuat industri manufaktur yang menciptakan nilai tambah produk sehingga daya saing ikut naik. Selain itu, industri ini menyerap banyak tenaga kerja sehingga memberi kesempatan kerja.

Kedua, pemerintah perlu mengintegrasikan perkembangan digital untuk mendukung industri manufaktur dan pertanian. “Sekarang terlihat tidak nyambung fokus industrinya ke barat, teknologinya ke timur. Akhirnya banjir impor barang jadi lewat e-commerce,” ucapnya.

Ketiga, pemerintah perlu mendorong inovasi dan meningkatkan kualitas pendidikan. Keempat, pemerintah harus memperkuat jaring pelindung sosial sehingga tidak ada masyarakat yang tertinggal. (ant)