Kastara.id, Jakarta – Polri terus melakukan upaya penulusuran terhadap berbagai barang bukti ataupun persiapan-persiapan yang lakukan enam terduga teroris jaringan Nur Rohman pelaku serangan bom bunuh diri di halaman Mapolresta Solo, yang ditangkap di Batam Kepulauan Riau beberapa waktu lalu.

“Polri masih terus melakukan proses penyidikan dengan melakukan upaya penggeledahan di tempat persembunyian atau yang mereka jadikan safe house di Batam,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri Jakarta (8/8).

Boy menjelaskan, satu dari enam terduga teroris jaringan Nur Rohman, yang ditangkap di Batam, Kepri, Jumat (5/8) lalu, dilepas. “Muhammad Tegar (MTS) dikembalikan kepada pihak keluarga pada Sabtu (6/8) karena tidak terkait langsung dengan aktivitas dari kelompok Gigih Rahmat,” kata Boy.

Di samping itu, lanjut Boy, Polri juga melakukan penelusuran terhadap konten komunikasi yang dilakukan mereka melalui Facebook dengan jaringan Bahrun Naim. Penelusuran oleh tim digital forensik di bawah koordinasi tim cyber crime.

Meski belum menemukan barang bukti roket yang direncanakan untuk menyerang Marina Bay di Singapura, namun dipastikan jaringan Gigih memberikan tumpangan pada etnis Uighur yang datang dari Tiongkok via Thailand dan Malaysia.Mereka juga merekrut orang-orang dari dalam negeri menuju Suriah.

“Mereka kini masih di Batam dan kami butuh waktu untuk menuntaskan pemeriksaan di Batam. Kita hanya menemukan dokumen dan bahan material saja seperti komputer yang menjadi alat komunikasi mereka,” ujarnya.

Secara spesifik mereka juga belum menentukan tanggal kapan mereka akan menyerang Marina Bay kendati target itu sudah disebut dalam percakapan di dalam akun Facebook antarmereka.

“Kita tidak boleh underestimate dengan kelompok ini karena Pak Kapolri pernah menyampaikan kebiasaan Bahrun Naim yaitu melakukan online training. Dengan online training ini maka tidak perlu langsung bertemu Bahrun Naim, tapi dengan jarak jauh saja bisa,” kata Boy

Naim adalah tokoh teror Indonesia yang kini sudah berada di Suriah. Dia bergabung dengan ISIS dan aktif merekrut WNI untuk berangkat ke Suriah atau order melakukan teror di Indonesia.

Sementara itu, terkait konten terkait penyebaran paham-paham radikal yang dilakukan kelompok Bahrun Naim melalui media online, Boy menjelaskan, Polri bekerjasama dengan Kemkominfo untuk memonitor konten-konten yang sifatnya menyebarkan radikalisme ada di media online yang merupan jaringan mereka. “Kapolri sudah bicara dengan Menkominfo, antara lain untuk memonitor konten yang sifatnya menyebarkan radikalisme di jaringan media online mereka,” katanya.

Menurutnya, hal ini bagian masukan apakah dimungkinkan untuk diblok, dalam upaya untuk tidak menjadi konsumsi masyarakat. “Mudah-mudahan saja konten yang bersifat radikal itu tidak menjadi rujukan orang yang tidak bertanggungjawab,” ujar Boy. (raf)