Kesehatan

Kastara.ID, Jakarta – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar pertemuan bilateral dengan perwakilan dari University of Oxford dan Global Health Security Consortium (GHSC).

Pertemuan tersebut dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan beserta jajarannya, Regius Professor of Medicine at the University of Oxford and the founding principal of Global Health Security Consortium, Professor Sir John Bell yang hadir secara daring, dan Executive Director of the Global Health Security Consortium, Ms. Tamsin Berry OBE.

Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari kuliah yang disampaikan oleh Gubernur Anies saat berada di University of Oxford pada Mei 2022 sekaligus kelanjutan kerja sama antara Jakarta dan Oxford dalam divisi kesehatan dan ilmu hayati global. Pertemuan bilateral bertujuan untuk melibatkan para pemegang kepentingan di bidang kesehatan masyarakat di Pemprov DKI Jakarta dan Pimpinan Rumah Sakit Daerah (RSUD) tentang pengalaman mereka dalam menangani pandemi COVID-19, serta membahas sejumlah langkah untuk memanfaatkan teknologi baru, terutama dalam mengembangkan sistem pemantauan patogen untuk menargetkan penyakit menular yang ada dan baru, termasuk Tuberkulosis.

Gubernur Anies menyampaikan kunci keberhasilan Pemprov DKI Jakarta dalam menangani pandemi COVID-19 di mana Pemprov DKI Jakarta memegang tiga prinsip dalam setiap kebijakan yang diambil.

“Tiga Prinsip Penanganan Krisis di Jakarta, yaitu pertama, transparansi dengan memberikan informasi faktual, melalui corona.jakarta.go.id. Kedua, kolaborasi dengan melibatkan partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan. Ketiga, berbasis sains dengan melibatkan organisasi profesional, ahli epidemiologi, dan pakar lainnya untuk mendapatkan rekomendasi inovatif untuk pengambilan keputusan,” ungkap Gubernur Anies dalam pertemuan yang diadakan di Ruang Rapim Balai Kota Jakarta, dikutip dari Siaran Pers PPID Provinsi DKI Jakarta (9/6).

Tak hanya itu, Jakarta menjadi yang pertama dan paling masif dalam melakukan terobosan, di antaranya Provinsi pertama di Republik Indonesia yang membentuk Tim Respons, dasbor, dan pembatasan mobilitas. Selain itu, Jakarta membangun jaringan testing dan tracing yang besar melalui kerja sama laboratorium dan melibatkan puskesmas serta warga dalam melakukan tracing.

Ke depan, tantangan kesehatan akan semakin beragam, salah satunya adalah antisipasi tuberkolosis yang turut menjadi pembahasan dalam pertemuan ini. Jakarta berkomitmen bebas TB pada tahun 2030, seiring dengan beberapa kebijakan yang telah diimplementasikan secara menyeluruh.

“Beberapa langkah telah dilakukan, yakni memperkuat sistem penelusuran kasus melaui deteksi dini; meningkatkan akses dan kualitas perawatan dalam pengobatan TB, melalui jemput bola para kader kesehatan untuk mendukung pasien yang resistan terhadap obat; dan meningkatkan kemitraan serta partisipasi masyarakat, seperti meningkatkan kesadaran masyarakat,” papar Gubernur Anies.

Tak hanya itu, Pemprov DKI Jakarta juga akan terus meningkatkan penanganan terhadap penyakit HIV. Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Anies juga menjelaskan bahwa ke depan Jakarta membutuhkan sistem yang matang untuk mengelola penyakit menular di luar COVID-19, melalui beragam deteksi dini dan pemetaan penyakit menular, serta merespons cepat dan tepat terhadap tantangan kesehatan.

“Sebagai kota kolaborasi, Jakarta memperkuat kemitraan dengan berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan pembangunan Jakarta berkelanjutan, termasuk keamanan kesehatan. Kami berharap dapat bekerja sama dengan semua pemangku kepentingan, co-creator dan mitra, terutama untuk mendukung Jakarta sebagai pusat ekonomi, pendidikan dan kesehatan di Indonesia,” tandasnya. (hop)