Transjakarta

Kastara.ID, Jakarta – PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) telah menerapkan mekanisme antisipasi pengurai kepadatan dan penumpukan pelanggan seiring dengan mulai meningkatnya kebutuhan bertransportasi warga setelah berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi.

Kepala Divisi Sekretaris Korporasi dan Humas PT Transportasi Jakarta Nadia Diposanjoyo mengatakan, penerapan mekanisme ini telah teruji dapat menurunkan tingkat kepadatan dan penumpukan pelanggan di halte-halte transit pada jam-jam sibuk dengan kecepatan dan ketepatan angkut hingga lebih dari tiga kali dari waktu normal.

“Data dan catatan yang kami miliki, waktu urai berhasil diturunkan dari 25-30 menit pada awal PSBB transisi dimulai hingga kurang dari 5 (lima) menit mulai hari ke tiga atau penurunan kepadatan dan penumpukan pelanggan hingga 80 persen,” ujar Nadia dalam keterangan tertulisnya (11/6).

Dia menambahkan, Transjakarta setiap menit berjibaku mengurai kepadatan dan penumpukan pelanggan. Selain melakukan modifikasi juga memastikan sterilisasi jalur untuk kelancaran perjalanan dispatch, menambah personel pengatur kepadatan dan penumpukan pelanggan di halte dan antrean, mengatur dan mengawasi kepadatan angkut dalam bus untuk memastikan sesuai dengan protokol jarak untuk memutus penularan virus COVID-19.

Dikatakan Nadia, Command Center Tije mengindikasi lokasi halte yang akan padat dan melakukan pilihan dispatch untuk kemudian menginformasikan koordinator wilayah dan halte tertuju untuk dilakukan proses penguraian. Petugas menerapkan empat protokol tindakan sebagai berikut:
• Pengaturan posisi antrean dengan memaksimalkan area halte dengan tetap menjalankan prosedur physical distancing.
• Penutupan sementara bagi pelanggan yang hendak masuk dari luar halte.
• Percepatan arus pelanggan keluar halte dengan tetap mengikuti mekanisme tap out pada gate keluar.
• Melakukan pengaturan proses penurunan pelanggan dengan cara menahan kedatangan bus untuk sementara.

Sementara itu tim pengatur laju bus menyiapkan strategi-strategi khusus seperti:
• Menyiapkan unit bus yang kosong yang standby di halte terdekat.
• Memberlakukan rute poros atau tidak melayani sampai halte ujung terhadap rute-rute yang sudah dievaluasi jumlah pelannggannya di halte ujung untuk melayani halte yang padat.
• Mendispatch bus kosong untuk langsung melayani halte yang sedang terjadi antrean kepadatan dan  penumpukan pelanggan.
• Memodifikasi rute langsung ke tujuan tanpa harus transit guna meminimalisir antrian pelanggan dan penumpukan di halte transit.
• Memperbantukan dengan bus dari rute yang sepi untuk mengurai rute yang haltenya padat dan terjadi penumpukan pelanggan.

Sementara selama masa PSBB, Transjakarta melayani rata-rata 127.306 pelanggan per hari di 13 koridor dengan pembatasan waktu operasional dari pukul 06.00-18.00 WIB untuk umum dan 22.00–24.00 WIB untuk petugas kesehatan. Setelah pemberlakuan masa PSBB Transisi, rata-rata jumlah pelanggan Transjakarta naik sebesar 22 persen per hari dengan waktu operasional yang masih dibatasi, penambahan operasional mulai pukul 05.00-22.00 WIB untuk umum dan hingga pukul 24.00 WIB untuk petugas kesehatan dan penambahan 3 (tiga) rute integrasi stasiun Kereta Commuter Indonesia (KCI).

Sejak status PSBB diumumkan, operasional harian Transjakarta tercatat menjangkau sepanjang 231 kilometer melintasi 13 koridor untuk melayani lima wilayah DKI Jakarta. Transjakarta berupaya untuk terus dapat melayani warga DKI yang terpaksa harus bepergian di masa pandemi ini dengan baik dan sehat melalui penerapan dan monitoring protokol kesehatan operasional dan layanan yang rigid.

“Kami tidak akan lelah untuk selalu mengingatkan pelanggan agar menjaga kesehatan, mematuhi protokol demi kesehatan dan keselamatan sesama,” tandasnya.
 (hop)