Kastara.id, Jakarta – Guru Besar UI Prof. Sri Edi Swasono mengaku prihatin atas ketimpangan yang terjadi saat ini. Pasalnya ketimpangan tersebut sudah mengarah pada kecemburuan terhadap etnis tertentu, dan sewaktu-waktu bisa menghadirkan kerusuhan sosial.

Pernyataan itu disampaikan Sri Edi Swasono saat menjadi pembicara pada Simposium Nasional yang diselenggarakan oleh MPR RI pada Rabu (12/7). Simposium itu menusung tema “Sistem Pembangunan Nasional untuk Kesejahteraan Sosial”. Selain Sri Edi Swasono, simposium tersebut juga menghadirkan pembicara lain, yaitu Prof. Emil Salim. Prof Sri Edi Ningsih, Dr. Tanri Abeng, Subroto, serta Chairul Tanjung.

Menurut Sri Edi Swasono, harus ada upaya yang sungguh-sungguh dalam mengurangi kesenjangan sosial. Salah satu caranya adalah melibatkan masyarakat menjadi pelaku pembangunan. Tidak sebatas hanya sebagai obyek pembangunan, seperti yang terjadi selama ini.

Sayangnya, kata Sri Edi Swasono, hingga kini pemerintah malah melanjutkan kesalahannya. Pemerintah tetap melakukan penggusuran terhadap orang miskin, dan tidak melakukan penggusuran terhadap kemiskinan.

“Banyak orang miskin digusur, lalu mereka berpindah dengan membawa kemiskinannya. Mestinya orang-orang miskin yang tergusur itu diberikan saham atas apartemen-apartemen yang berdiri di atas bekas tanah mereka, sehingga bisa merasakan manfaat hadirnya apartemen tersebut,” kata Sri Edi Swasono menambahkan.

Pendapat senada disampaikan Prof. Emil Salim. Menteri Lingkungan Hidup di zaman Soeharto itu mengatakan cita-cita Indonesia yang ideal pada 2045 masih jauh dari harapan. Karena sejauh ini hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai belum mencerminkan kesejahteraan sosial.

Karena itu Emil Salim memberi saran agar pemerintah melakukan prioritas dalam pembangunan. Yaitu, prioritas kesejahteraan sosial. “Kita harus mengurangi jumlah orang miskin. Kalau target itu bisa dicapai, berarti kita sudah dekat dengan adil dan makmur, dan siap mencapai target pembangunan yang lain,” ujar Emil Salim menambahkan. (arya)