Paus Pilot

Kastara.ID, Jakarta – Pengambilan sampel dilakukan oleh Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang di Sabu Raijua, NTT pada Kamis (6/8). Pengambilan sampel daging dan kulit bangkai paus Short-Finned Pilot yang terdampar 30 Juli 2020 lalu dilakukan untuk keperluan pengembangan ilmu pengetahuan.

“Mamalia laut yang terdampar dalam kondisi mati memiliki nilai yang tinggi bagi ilmu pengetahuan. Beberapa informasi dapat digali melalui pengambilan sampel kulit, daging, hati, lemak, ginjal, dan gigi,” ungkap Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Dirjen PRL), Aryo Hanggono saat memberikan keterangan di Jakarta (11/8).

Aryo menjelaskan Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu merupakan koridor penting perlintasan mamalia laut. Oleh karena itu KKP terus mendorong BKKPN Kupang untuk melakukan sosialisasi tata cara penanganan mamalia laut terdampar sesuai dengan protokol yang berlaku.

“Partisipasi masyarakat dalam penanganan dan pengumpulan sampel pada saat kejadian mamalia laut terdampar sangat penting,” tandasnya.

Sementara Kepala BKKPN Kupang Ikram M. Sangadji mengatakan, saat pengambilan sampel, BKKPN Kupang dibantu warga setempat melakukan pembongkaran kuburan paus untuk analisis lebih lanjut. Proses penggalian sempat terkendala karena bangkai sudah sangat membusuk, kulit sudah mengelupas, dan sangat berbau yang menandakan telah terjadi pembusukan tingkat lanjut.

Ikram menjelaskan pengambilan sampel jaringan kulit dan daging dapat menjadi sumber sampel DNA mamalia laut. Meski tidak seefektif informasi dari jaringan lain, namun sampel kulit adalah sampel yang paling memungkinkan untuk didapatkan terkait kode etik terutama ketika individu masih hidup.

“Daging dapat menjadi sumber sampel DNA yang lebih baik dari kulit. Oleh karenanya lebih diutamakan ketika individu tidak berhasil diselamatkan,” jelas Ikram.

Lebih lanjut, Ikram menuturkan dalam survey penyebaran mamalia laut yang dilakukan oleh BKKPN Kupang, perairan Sabu Raijua termasuk koridor ruaya paus dan lumba-lumba, sehingga perlindungan dan pelestarian mamalia laut merupakan salah satu target pengelolaan kawasan konservasi perairan.

“Terutama di TNP Laut Sawu dengan luas 3,35 juta ha merupakan habitat alami bagi 31 jenis mamalia laut meliputi 18 jenis paus, 12 jenis lumba-lumba, dan 1 jenis duyung,” tutur Ikram.

Di saat yang sama, BKKPN Kupang juga melakukan sosialisasi perlindungan dan penanganan mamalia laut terdampar kepada seluruh elemen masyarakat sebagai upaya pencegahan meminimalisir kematian mamalia laut terdampar. Selain itu, KKP melalui BKKPN Kupang juga menyerahkan satu buah tandu sebagai alat bantu penanganan mamalia laut terdampar jika dikemudian hari terjadi kejadian yang sama. (mar)