Palestina

Kastara.ID, Jakarta —Serangan mengejutkan Pejuang Kemerdekaan Palestina Hamas adalah akumulasi dari penindasan terus menerus yang dilakukan rezim apartheid Israel terhadap rakyat Palestina. Bukan hanya terus mengambil paksa tanah dan rumah rakyat Palestina, zionis Israel juga terus melakukan provokasi dan penodaan di Masjid Al-Aqsa. Bahkan akhir-akhir ini, Israel menganggap Palestina sudah tidak ada dengan mengajukan wacana bahwa perdamaian hanya bisa terwujud dengan mengakui hanya satu negara bernama Israel.

Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, komitmen Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina tidak perlu diragukan lagi. Ini karena konstitusi Indonesia mengamanatkan bahwa penjajahan di muka bumi harus dihapuskan dan Palestina adalah satu-satunya bangsa di dunia yang saat ini masih mengalami penjajahan, penindasan, dan diskriminasi luar biasa.

“Indonesia akan terus berdiri bersama rakyat Palestina. Ini adalah amanat konstitusi yang harus kita tegakkan. Selama bangsa Palestina dijajah, terus ditindas, dirampas tanah dan kehidupannya, diperkusi bahkan bisa dihilangkan nyawanya kapan saja, selama itu juga rakyat Palestina akan berjuang merebut kemerdekaan seperti yang dulu Indonesia lakukan melawan penjajahan Belanda. Selama akar konflik yaitu penjajahan dan ketidakadilan terus dialami bangsa Palestina, maka rakyat Palestina akan terus berjuang,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, dalam keterangannya, Kamis (12/10).

Menurut Fahira Idris, salah satu faktor utama yang membuat penjajahan Israel atas Palestina terus berlangsung adalah kemunafikan dan standar ganda negara-negara Barat pendukung Israel. Mereka selalu menyerukan perdamaian, tetapi tidak pernah mau menyelesaikan akar permasalahan yaitu penjajahan dan penindasan yang dialami rakyat Palestina. Negara-negara Barat ini selalu bicara HAM, tetapi tutup mata melihat Israel terus menindas jutaan penduduk asli Palestina terutama yang di wilayah pendudukan Israel yaitu di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

“Dukungan tanpa syarat negara-negara Barat inilah yang sejatinya melahirkan sebuah rezim apartheid di Israel yang memperlakukan bangsa Palestina sebagai kelompok ras yang lebih rendah sehingga boleh dirampas hak-haknya. Ketika rakyat Palestina berjuang atas kemerdekaannya dan merebut kembali wilayahnya, negara-negara Barat ini jugalah yang paling terdepan berteriak bahwa Palestina memulai kekerasan. Sudah saatnya standar ganda ini diakhiri jika dunia berkomitmen terjadinya perdamaian,” pungkas Senator Jakarta ini. (dwi)