Robert Casugay

Oleh: Jaya Suprana

DI tengah maraknya berita sesama manusia membinasakan sesama manusia, mendadak muncul berita sesama manusia menyelamatkan sesama manusia.

Sea Games

6 Desember 2019, atlet selancar Filipina Robert Casugay dan atlet selancar Indonesia Arif Nurhidayat sedang sengit bertarung memperebutkan medali emas pada nomor longboard putra SEA Games di Filipina. Saat pertarungan memasuki menit ke-18, mendadak tali kekang yang dikenakan Arif lepas sehingga peselancar Indonesia itu tertelan ombak. Melihat insiden itu, Robert melupakan perjuangan memperebutkan medali emas SEA Games demi menyelamatkan Arif dari maut ditelan amukan ombak sampai setinggi tiga meter. Akhirnya dengan susah-payah Robert berhasil menyelamatkan Arif, yang setiba di daratan langsung mengangkat tangan kanan Robert serta menyatakan sang penyelamatnya sebagai juara sejati.

Medali emas lepas dari tangan Robert Casugay akibat sang atlet Filipina meninggalkan gelanggang pertarungan demi menyelamatkan sang atlet Indonesia.

Kemanusiaan
Rasa terharu menyelinap ke lubuk sanubari saya tergetar oleh kisah kemanusiaan adiluhur sesama manusia menyelamatkan nyawa sesama manusia.

Kisah  Robert Casugay menyelamatkan Arif Nurhidayat meski mereka berdua sedang berseteru memperebutkan medali emas SEA Games, pada hakikatnya total bertolak-belakang 180 derajat dari kisah para pelaku bom bunuh diri yang menewaskan ratusan manusia di klab malam Kuta, Bali, hotel Marriot Jakarta, Taj Mahal Palace, Mumbai, Shangrila, Kingsbury, dan Cinnamon, Kolombo, Sri Lanka. Para pelaku bom bunuh diri tersebut tidak bermusuhan dengan para korban angkara murka mereka. Bahkan yang pembunuh dengan yang dibunuh sama sekali tidak saling membenci sebab sama sekali tidak saling mengenal.

Pahlawan
Sebagai pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan, saya menyampaikan penghormatan dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Robert Casugay yang telah menyelamatkan nyawa Arif Nurhidayat.

Memang Robert Casugay gagal menjadi juara selancar pada suatu perhelatan olahraga antar bangsa, namun berjaya sebagai pahlawan kemanusiaan sangat layak diangkat sebagai suri teladan pedoman pengejawantahan sila Kemanusiaan Adil dan Beradab menjadi kenyataan di marcapada yang sedang dirongrong kemelut angkara murka kebencian dan kekerasan. (*)

* Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan*