Prabowo Subianto

Oleh: M. Nigara

KEMPES. Itu kesan semriwing yang mencuat, menyusul pesan video Prabowo untuk para pendukungnya terkait sidang Sengketa Pilpres, Jumat (14/6) agar tidak berbondong-bondong ke Mahkamah Konstitusi. Anjuran itu ditegaskan dengan kata kunci harus sami’na wa atho’na yakni patuh dan percaya pada pemimpin.

Tak lama, kekecewaan menyeruak di medsos, di kalangan relawan 02. Bahkan kubu toko sebelah – begitu biasa relawan 02 menyebutnya – cekikikan (tertawa sinis) kesenangan. Lalu, beredar juga transkripsi hasil pertemuan JK dengan Prabowo. Tidak hanya itu, beredar juga pernyataan JK dalam video.

Intinya, Prabowo ‘diancam atau terancam’ akan ditangkap jika para pendukungnya tetap turun ke jalan. Malah ada penegasan bahwa Prabowo juga akan dicekal agar tidak bisa ke luar negeri. Pesan yang ingin disampaikan ke para relawan dan pendukung 02 adalah Prabowo melemah. Sampai di situ paham?

Tidak ambisius
Lepas dari itu, saya ingin berkisah bahwa Prabowo pasti tidak ambisius, tidak gila jabatan. Tidak tamak atau ngebet untuk jadi presiden seperti ditudingkan oleh mereka yang dengki. Saya dan sedikit orang, alhamdulillah menjadi saksinya.

Suatu hari menjelang Ramadan di tahun 2018, Pak Amien Rais mengunjungi Hambalang. Elit PAN: Hanafi Rais, Mulfahri atau akrab disapa Kimung, Eddy Suparno (Sekjen), dan ekonom Drajad Wibowo, Bang Marwan Batubara, Ustadz Sambo, dan saya ikut dalam rombongan. Saat itu, kami menjadi saksi tentang Prabowo yang sama sekali tidak memiliki ambisi pribadi untuk maju menjadi capres. “Bismillah, kalau rakyat memanggil saya untuk kembali maju!” tegasnya.

Tidak ada kesan basa-basi. Jawaban itu pun setelah Pak Amien meminta kejelasan sikapnya. Hebatnya, Pak Amien pun menolak ketika Prabowo berkata: “Saya siap jika bapak mau menjadi cawapresnya.”

“Ini ketiga kali saya tegaskan, tidak. Ini bukan soal Mas Prabowo dan saya, ini soal bangsa Indonesia!” tegas Pak Amien.

Dari sana, saya, insyaa Allah yang saat itu juga ada di ruangan khusus itu, tahu bahwa kedua tokoh ini tidak punya ambisi pribadi. Gestur keduanya tidak terlihat basa-basi. Artinya, keduanya sungguh-sungguh hanya ingin agar negara menjadi lebih baik. Dan obrolan pun bergeser ke hal-hal yang lebih santai.

Begitu juga saat umrah Ramadan 2018. Di kediaman Habieb Rizieq Shihab pun, keduanya bahkan termasuk HRS yang dalam satu musyawarah nasional PA 212, di Puncak Jawa Barat, sudah diputuskan masuk dalam delapan besar calon presiden, menolaknya. “Biar saya di jalur agama untuk mengurus umat!”

Dari sana, bagi saya, clear bahwa Prabowo, Amien Rais, dan Habib Riziek, murni bergerak untuk kepentingan rakyat yang ingin meraih perubahan. Jadi, jika ada pihak yang mengatakan hal berbeda, saya serahkan pada mereka saja yang berbeda itu.

Terkait amanah yang sudah diberikan rakyat pada Prabowo, saya berpikir, berdasarkan gambaran makna ketulusan di atas itu, tidak mungkin akan dikhianati oleh Prabowo. Ada dua kalimat yang diucapkan Prabowo di dua tempat dan waktu yang berbeda, tapi intinya sama.

Desember, di Hambalang. Di hadapan selitar 450-500 relawan 08-02 PADI, alumni SMAN 8, Bonsie 12 PAS (SMAN 12), Jalak 7 (SMAN 7), PADI 4 (SMAN 4), dan Granatc (Gerakan Anak Tentara Cijantung), Prabowo mengatakan: “Saya wakafkan diri saya untuk bangsa dan rakyat Indonesia!”

Lalu, di Hotel Sahid Jaya, Selasa (14/5) di hadapan seluruh relawan, mantan Pangkostrad dan Danjen Kopasus itu menyatakan dengan suara bergetar: “Saya timbul dan tenggelam bersama rakyat!”

Artinya, sebagai seorang Prajurit, baginya amanah akan selalu menjadi nomor satu. Artinya lagi, sebagai bagian dari TNI, Prabowo pasti menjunjung tinggi kehormatan rakyat. Ya, Prabowo memang bagian dari TNI sejati. Prabowo adalah purnawirawan ABRI/TNI karena tidak terbukti dipecat pasca 1998. Bukti konkretnya tertuang dalam lembaran negara dan faktanya hingga kini masih menerima uang pensiun.

Jadi, jika ada nada-nada sumbang yang mengatakan Prabowo melemah apalagi mau menyerah, rasanya jauh panggang dari api. Sebagai seorang jenderal berbintang tiga, Prabowo harus patuh pada konstitusi negara, patuh pada mekanismenya, dan hal sejenisnya. Jika orang berharap Prabowo untuk memberi komando di luar jalur hukum, itu juga jauh dari sikapnya.

Apa sesungguhnya yang ingin saya pesankan kepada seluruh sahabat? Jawabnya sederhana: Prabowo akan tetap terus bersama para pendukungnya. Prabowo tidak akan mengkhianati sekitar 120-130 juta pendukung yang telah memilihnya. Begitu besarkah? Ini yang akan diuji di MK.

Ayo rapatkan barisan, berdoa dan waspada. Semoga kebenaran masih mendapat tempat yang terhormat di negeri ini. Insyaa Allah.

Allahu Akbar,
Allahu Akbar,
Allahu Akbar! Merdeka! (*)

*Wartawan Senior