Kastara.id, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menawarkan kawasan industri di Kalimantan Utara (Kaltara) kepada sejumlah investor Tiongkok untuk perluasan usahanya. Upaya tersebut merupakan kelanjutan kerja sama bisnis Indonesia-Tiongkok pada forum One Belt One Road (OBOR) beberapa waktu lalu.

“Para investor Tiongkok telah menyatakan minatnya berinvestasi di Indonesia. Mereka dari beberapa perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan terutama hydropower dan geothermal. Kemudian juga ada perusahaan konservasi atau penyediaan air, selain sektor manufaktur,” kata Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Imam Haryono dalam keterangan tertulisnya, Kamis (13/7).

Menurutnya, masuknya investasi Tiongkok ke Indonesia dinilai akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional khususnya sektor industri. “Ini akan sama-sama menguntungkan. Mereka punya teknologi, capital dan network. Kita punya sumber daya alam, sumber daya manusia, lokasi dan domestik market. Ini kalau di-mix bagus,” ujarnya.

Dijelaskan Imam, Kaltara merupakan wilayah pengembangan industri yang tertuang di dalam Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035. Area yang disebut Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Tanah Kuning, yang berlokasi di Kecamatan Tanjung Palas Timur, Kabupaten Bulungan ini memiliki luas sekitar 10 ribu hektare dan berpotensi menjadi pusat pengembangan industri pengolahan mineral, kelapa sawit, kakao, dan perikanan.

“Di antaranya kami menawarkan kesempatan berinvestasi pada hydro power plant 7080 MW. Selanjutnya ada industrial park seluas 4.000 hektare pada tahap pertama. Kemudian zona smelter alumina dan industri aluminium seluas 100 Hektare. Yang terakhir, kawasan perumahan terintegrasi seluas 200 hektare,” katanya.

Pembangunan kawasan tersebut diestimasi perlu membutuhkan investasi sebesar Rp 21 triliun, yang akan didukung dengan infrastruktur memadai seperti pelabuhan, jalan, dan jembatan. Selain itu, kawasan yang ditargetkan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 60 ribu orang ini rencananya dilengkapi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 7080 mega watt di Kecamatan Long Peso, Kabupaten Bulungan dengan nilai investasi sekitar Rp 170 triliun.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, lokasi Kaltara dinilai cukup strategis karena terletak pada lintasan Alur Laut Kepulauan Indonesia II (ALKI II) yang merupakanlintasan laut perdagangan internasional serta berada pada kawasan pusat ekonomi dunia masa depandan langsung berhadapan dengan negara tetangga.

Kawasan industri Tanah Kuning memiliki beragam potensi sumber daya alam yang cukup melimpah khususnya energi terbarukan. Misalnya, untuk mineral dan energi, antara lain batu gamping (654 ribu ton di Malinau), pasir kuarsa (1 miliar ton di Nunukan), Sirtu (2,5 juta ton di Nunukan), batu bara (970 juta m3/tahun), dan emas. Sedangkan, untuk potensi perkebunan, meliputi kelapa sawit, karet, kakao, kopi, tebu, kapas, tembakau, jagung, dan padi.

Di samping itu, potensi alumina dan bauksit di pulau Kalimantan yang dapat dimanfaatkan secara optimal. “Kami mengapresiasi adanya kerja sama B to B (Business to Business) kedua negara, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pendalaman struktur serta peningkatan daya saing industri nasional. Bahkan juga mampu memacu pemerataan pembangunan dan kesejahteraan di Indonesia,” ujarnya. (npm)