Kastara.ID, Jakarta — Perum Bulog terus lakukan persiapan untuk meraih 70% pasar BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai)  dengan menyediakan produk pangan berkualitas dan terjangkau, khususnya beras, baik beras medium maupun premium sesuai dengan kebutuhan konsumen BPNT.

Dengan pengalaman di industri perberasan, distribusi dan kemampuan infrastruktur yang dimiliki, Perum Bulog memiliki kapasitas menyediakan beras untuk 15,6 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di seluruh wilayah Indonesia, baik wilayah perkotaan maupun pelosok yang sulit diakses oleh transportasi biasa dan sinyal operator.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi menyampaikan bahwa pihaknya memiliki kurang lebih 37 mesin pengolahan yang tersebar di wilayah penyerapan gabah/beras seluruh Indonesia, dan bersinergi dengan mitra Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) maupun swasta dalam penyediaan kebutuhan beras untuk stok CBP (cadangan beras pemerintah) maupun komersial.

“Bulog punya kompetensi tersebut sehingga kami yakin mampu meraih pasar BPNT lebih dari 70%,” tutur Tri Wahyudi.

“Di semester 1 tahun 2019 ini, Bulog mampu menyerap gabah/beras petani sebanyak 650 ribu ton sesuai dengan HPP dalam Inpres no 5/2015 dengan fleksibilitas 10%. Dengan melihat kebutuhan beras BPNT untuk 15,6 juta KPM sebanyak 1,5 juta ton (asumsi 1 KPM menerima 10 Kg), bukanlah hal yang sulit bagi Bulog akan menyerap gabah/beras petani di atas HPP dengan mekanisme komersial. Tentunya petani akan diuntungkan dengan konsep pembelian hasil panen menggunakan mekanisme komersial ini,” tegas Tri Wahyudi.

Terdapat multiplier effect dengan Bulog sebagai penyedia beras untuk BPNT, petani akan bergairah menanam karena ada kepastian dibeli hasil panennya di atas HPP, agen BPNT (agen himbara dan E-Warong) akan menerima beras yang berkualitas dan terjangkau harganya sehingga memberikan keuntungan bagi agen, dan agen BPNT yang terdapat di desa-desa akan tumbuh dan berkembang sehingga akan berdampak kepada perekonomian desa.

Dengan adanya jaminan Bulog sebagai penyedia beras BPNT, ada keseimbangan dalam penugasan Bulog untuk menjaga ketahanan pangan di sisi hulu dan hilir. Di sisi hulu, Bulog dapat menyerap gabah/beras petani sebanyak-banyaknya baik untuk stok CBP maupun untuk BPNT dan di sisi hilir, beras hasil penyerapan dari petani disalurkan untuk KPM BPNT, sehingga stok yang menumpuk dan mengakibatkan turun mutu akan berkurang.

“Keberhasilan menjaga ketahanan pangan di seluruh wilayah Indonesia akan tercipta bila dilakukan secara bersama dengan dukungan seluruh pihak, terutama dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dinas terkait, Satgas Pangan dan para pelaku pasar. Dengan seimbangnya penugasan Bulog di sisi hulu dan hilir, artinya negara mampu menjaga tiga pilar ketahanan pangan nasional yakni Pilar Ketersediaan, Keterjangkauan, dan Stabilisasi,” tambah Tri Wahyudi. (danu)