Swasembada Pangan

Kastara.id, Jakarta – Kebijakan pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) memutuskan importasi beras khusus sebanyak 500.000 ton, tak menyurutkan motivasi para petani untuk memproduksi padi. Untuk itu Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya melakukan kegiatan Gerakan Panen Setiap Hari di seluruh Kabupaten di Indonesia.

Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementan Siti Munifah mengatakan, guna mewujudkan swasembada pangan dan ketersedian stok beras di Bulog, Kementan berupaya melakukan kegiatan Gerakan Panen Setiap Hari di seluruh Kabupaten di Indonesia. Ia mengimbau petani agar tidak terombang-ambing dengan adanya kebijakan impor beras.

“Kita bersyukur setiap saat ada panen dan setiap saat juga melakukan pertanaman. Kita tidak perlu terombang-ambing dengan ketetapan bahwa ada impor beras masuk, tapi kita tetap menunjukkan prestasi bahwasanya terbukti hari ini panen dan ada yang memulai tanam,” katanya usai panen padi perdana di Desa Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah (14/1).

Panen ini merupakan awal dari datangnya musim panen Kecamatan Jatilawang, khususnya di Desa Tinggarjaya yang memiliki potensi panen dengan luasan 350 hektare. Varietas yang digunakan adalah Inpari 13, 31 dan 33 dengan prediksi untuk produktivitas sebesar 8-9 ton per hektare Gabah Kering Panen (GKP).

Panen perdana di Desa Tinggarjaya merupakan hasil dari sinergi program percepatan tanam yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan dan Kodim 07/01 Banyumas.

“Ini tentu peran aktif dari Babinsa bersama penyuluh yang menggerakkan masyarakat untuk bisa bersama-sama terus melakukan pertanaman. Kita bisa lihat hari ini, walaupun hujan dan cuaca tidak bagus, tapi di sini tetap ada panen raya seluas 350 hektare,” kata Siti.

Sementara Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Andriko Noto Susanto mengatakan pihaknya ingin memastikan bahwa percepatan tanam tidak masalah. “Buktinya, kita majukan satu bulan dan (saat) ini panen. Panennya bagus,” ucapnya.

Selain itu, kata dia, Desa Tinggarjaya merupakan daerah endemis wereng batang cokelat (WBC) sehingga pihaknya memasukkan teknologi jarwo WBC yang salah satu komponen pentingnya menggunakan varietas Inpari 33.

Ia menambahkan, beberapa waktu lalu, ada serangan WBC terhadap 70.000 hektare tanaman padi di seluruh Indonesia. Menurut dia, serangan WBC terhadap sekitar 0,4 persen dari total luasan tanaman padi di seluruh Indonesia itu dinilai oleh Menteri Pertanian Amran Sulaiman merugikan petani.

Oleh karena itu, kata dia, Menteri Pertanian mengambil langkah cepat dengan menjadikan area yang terserang WBC tersebut sebagai lahan demonstrasi area (demarea). “Kemudian Badan Litbang Pertanian memperkenalkan teknologi jarwo super WBC, salah satu komponennya Inpari 33. Ini kita buktikan bersama, bisa kita lihat, hasilnya bagus dan tidak ada serangan WBC di Banyumas untuk musim tanam ini,” jelasnya.

Ia mengharapkan varietas Inpari 33 dapat dijadikan sebagai rekomendasi utama untuk daerah-daerah endemis WBC. Berdasarkan hasil penghitungan secara ubinan, hasil panen padi Inpari 33 di lahan tersebut mencapai 9 ton gabah kering panen per hektare. (mar)