Kastara.ID, Jakarta – Deloitte Indonesia berkolaborasi dengan Foundry, sebuah platform ekosistem yang menghubungkan para juara inovasi di Indonesia yang terdiri dari korporasi, tech founders, pemerintah dan badan regulasi, serta partner global, meluncurkan riset electric vehicle white paper bertajuk “An Electric Revolution: The Rise of Indonesia’s E-Motorcycle”, seiring dengan adopsi motor listrik di Indonesia yang mengalami lonjakan signifikan selama 2 tahun terakhir; bertumbuh sebesar 15 kali lipat dari tahun 2020 hingga 2022.

Peluncuran riset ini dihadiri berbagai stakeholders penting dalam industri motor listrik Indonesia, di antaranya Agus Tjahajana, Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; Irwan Tjahaja, Founder & CEO SWAP Energi; Fadli Rahman, Director of Strategic Planning and Business Development, Pertamina New & Renewable Energy; Nindito Reksohadiprodjo, Partner, Deloitte Indonesia; Philippe Auberger, CEO Lazada Logistics Indonesia; Erwin Arifin, Director of Research, Foundry.

Sebagai negara dengan populasi sepeda motor terbesar ke-3 di dunia, industri sepeda motor listrik di Indonesia menunjukkan peluang besar sebesar $ 19,2 miliar baik dari sudut pandang produsen maupun distribusi energi. Riset ini mengupas peta industri pemain motor listrik, serta analisis lebih dalam mengenai opsi dan dilema adopsi motor listrik seperti: charging atau swapping, perbandingan biaya dan infrastruktur untuk berbagai model yang ada, serta pandangan dari sisi regulasi.

Sejak tahun 2019, pemerintah Indonesia terus memberlakukan peraturan untuk memberikan insentif kepada konsumen, mengurangi biaya produksi, dan mempercepat infrastruktur kendaraan roda dua listrik untuk mencapai targetnya pada tahun 2030 dengan target 31.000 stasiun pengisian daya, 67.000 stasiun pertukaran, 30% penjualan sepeda motor terdiri dari listrik, dan 13,5 juta sepeda motor elektronik di jalan.

Agus Tjahajana, Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan, beberapa hambatan motor listrik yang ditemui yaitu termasuk adopsi, standarisasi baterai dan jarak tempuh yang terbatas. “Tetapi bila diperkuat dengan sistem swapping baterai tentu akan bisa mempercepat transisi dan adopsi motor listrik. Maka dari itu, kita perlu swap station yang tersebar di berbagai titik untuk kenyamanan penggunanya. Kita tidak dapat membandingkan motor listrik dengan motor bensin yang sudah ada sejak 40 tahun yang lalu,” ungkapnya.

Sementara Erwin Arifin, Director of Research, Foundry menyampaikan, riset ini bertujuan untuk memetakan perkembangan dan peluang industri motor listrik di Indonesia, bagi para stakeholder terkait. Sebagai ekosistem platform, kami melihat sinergi yang solid sangat dibutuhkan untuk bersama-sama memecahkan masalah, memberikan solusi, dan memajukan perkembangan industri motor listrik di Indonesia,” jelasnya.

Sedangkan Nindito Reksohadiprodjo, Partner, Deloitte Indonesia, menyampaikan, target sepeda motor listrik 13,5 juta yang ambisius mengalami peningkatan 15,4x dalam 2 tahun terakhir. “Beberapa pemain di industri ini telah menjadi pusat perhatian dalam industri sepeda motor listrik di Indonesia, dan masing-masing perusahaan berkontribusi terhadap transformasi cepat lanskap transportasi nasional. Kami berharap riset ini dapat membantu para pemain untuk menavigasi pertumbuhan industri, karena peralihan ke mobilitas listrik tidak hanya mengatasi tantangan mobilitas perkotaan tetapi juga berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan,” katanya.

Melalui diskusi panel, Irwan Tjahaja, Founder & CEO SWAP Energi, menyampaikan, sebagai salah satu pioneer di industri baterai swapping dan motor listrik, pihaknya berkomitmen dan berpartisipasi aktif dalam mengejar terwujudnya Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan. “Dengan 1.500 swap station yang sudah tersebar di seluruh Indonesia, kami akan mempercepat penempatan 5.000 titik penukaran baterai sehingga memudahkan para pengguna motor listrik untuk beralih ke moda transportasi yang lebih eco-friendly,” ungkapnya.

Sementara Fadli Rahman, Director of Strategic Planning and Business Development, Pertamina New & Renewable Energy, menyampaikan, dalam proses adopsi kendaraan listrik skala besar, perlu juga dipertimbangkan manajemen sumber daya alam dari awal hingga akhir. “Tentunya setelah produksi dan penggunaan baterai, perlu dipikirkan dari sekarang bagaimana proses utilisasi/daur ulang dari baterai tersebut. Mulai dari energy storage, cell recycling, dan upaya lainnya guna menjaga keberlanjutan ekosistem secara keseluruhan,” karanya.

Adapun, katalis yang diperlukan untuk adopsi EV yang lebih cepat meliputi infrastruktur distribusi energi, insentif dari pemerintah, standarisasi baterai motor listrik, serta pajak karbon pemerintah dan kredit pajak kendaraan listrik.

Philippe Auberger, CEO Lazada Logistics Indonesia, menambahkan, sebagai perusahaan yang peduli dengan sustainability, Lazada juga memahami pentingnya motor listrik. “Lazada telah melakukan berbagai inisiatif; dua di antaranya adalah penggunaan kardus alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk pengiriman dan juga menargetkan 50% konversi penggunaan motor bensin menjadi motor listrik. Selain itu, Lazada Logistics Indonesia meraih penghargaan B20 Sustainability 4.0 Award untuk kategori Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab (Plastik) dan juga memasang panel surya di fasilitasnya,” tandasnya.

Seiring dengan pertumbuhan pasar sepeda motor listrik di Indonesia, jelas bahwa kendaraan ramah lingkungan ini akan tetap ada. Kenyamanan, keterjangkauan, dan keberlanjutan yang ditawarkan oleh sepeda motor elektronik mengubah cara masyarakat Indonesia bepergian. Lanskap kendaraan listrik lokal penuh dengan potensi, dan kebangkitan pemain e-motor menandakan masa depan yang lebih cerah dan bersih bagi mobilitas perkotaan di Indonesia. (rfr)