Stasiun Palmerah

Kastara.ID, Jakarta – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta terus berupaya memberi kemudahan dan kenyamanan bagi warga dalam berpindah transportasi publik melalui sistem transportasi terintegrasi. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu lewat penataan kawasan stasiun.

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, Syafrin Liputo mengatakan, Jakarta memiliki empat moda layanan angkutan umum massal yaitu . Menurutnya, penataan kawasan stasiun dilakukan untuk mengatur tata ruang dan transportasi di kawasan stasiun, sehingga mendukung upaya integrasi transportasi.

“Pemprov DKI Jakarta berkolaborasi dengan seluruh pihak menghadirkan konsep transportasi terintegrasi untuk mengatur arus maupun pergerakan penumpang menggunakan moda tranportasi yang berbeda. Jadi seamless transportation itu tercapai, kemudian terjadi integrasi secara utuh baik antara transportasi dengan tata ruang, maupun antarmoda transportasi yang ada di kawasan,” ujar Syafrin, Jumat (15/10).

Dijelaskan Syafrin, sebelumnya di kawasan Tanah Abang tidak ada keterpaduan transportasi dengan tata ruang dan integrasi antarmoda. Masyarakat yang turun dari KRL selalu ramai di sepanjang Jalan Jatibaru untuk mencari angkutan lanjutan.

Menurutnya, dengan dilakukan penataan kawasan stasiun Tanah Abang maka integrasi transportasi dengan tata ruang tercipta, dan integrasi antarmoda transportasi terwujud, sehingga penumpang nyaman saat berpindah antarmoda publik.

“Sekarang tidak lagi, semuanya fokus di area penataan kawasan, ada bus Transjakarta, Mikrotrans, bajaj, ojek online maupun pangkalan. Sehingga pergerakan di dalamnya itu kondisinya tertib dan masyarakat itu dalam melakukan mobilitas menjadi smooth. Demikian pula dengan kawasan stasiun lainnya seperti di Stasiun Palmerah, Tebet, Sudirman, Juanda dan Senen,” katanya.

Untuk diketahui, Pemprov DKI Jakarta melakukan penataan kawasan stasiun terpadu di empat lokasi pada tahun 2020 yakni Stasiun Tanah Abang, Stasiun Senen, Stasiun Sudirman, dan Stasiun Juanda.

Tahun ini, penataan kawasan stasiun terpadu menyasar empat lokasi lain yaitu Stasiun Tebet, Stasiun Palmerah, Stasiun Manggarai, dan Stasiun Gondangdia. Dua di antaranya telah diresmikan yakni, Stasiun Tebet dan Stasiun Palmerah.

Selain itu, ada 24 lokasi integrasi antarmoda transportasi di DKI Jakarta saat ini. Rinciannya, enam lokasi integrasi antara stasiun MRT dengan Transjakarta yaitu di Lebak Bulus, Blok M, Senayan, Bendungan Hilir, Bundaran Hotel Indonesia (HI), dan Cakra Selaras Wahana (CSW). Kemudian, dua lokasi integrasi halte Transjakarta dengan LRT, yaitu di Velodrome dan Pulomas.

Selanjutnya, ada 13 lokasi integrasi stasiun KRL dengan Transjakarta seperti di Tanah Abang, Pasar Senen, Tanjung Priok, Jakarta Kota, Juanda, Tebet, Palmerah, Kebayoran, Grogol, Jatinegara, Klender, Buaran, dan Gondangdia. Dan, ada tiga lokasi integrasi multimoda yaitu di Manggarai, Dukuh Atas, dan Cawang.

Ditambahkan Syafrin, simpul transportasi perkotaan juga mesti memfasilitasi pejalan kaki agar perpindahan ke angkutan umum mudah dan cepat. Untuk itu, jarak perpindahan antarmoda tidak lebih dari 500 meter. Demikian pula akses pejalan kaki ke angkutan umum maksimal 500 meter.

“Untuk pejalan kaki di area perkotaan itu bisa melakukan perjalanan lebih kurang 500 meter berjalan kaki. Dan pola ini yang justru sekarang diterapkan oleh Jakarta. Bisa kita lihat sebelumnya di Tanah Abang di sepanjang jalan Jatibaru itu menjadi terminal, sehingga orang akan berjalan lebih dari 500 meter untuk mencapai angkot. Tapi sekarang dengan dilakukan penataan seluruhnya digerakkan di kawasan sehingga yang jaraknya tadi lebih dari 500 meter, keseluruhannya ada di dalam satu area kawasan,” tandas Syafrin. (hop)