Hoax

Kastara.id, Jakarta – Menteri Kominfo Rudiantara mengatakan, tahun ini media (massa) mainstream lebih unggul dari pada media sosial dalam hal tingkat kepercayaan masyarakat. Ia mengibaratkan keunggulan itu serupa semangat baru atau second wind seperti dalam pertandingan tinju.

“Walaupun delapan tahun terakhir ini terjadi perubahan dalam dunia media, media mainstream tahun ini masih lebih unggul dari pada media sosial. Pasalnya, fenomena ketidakpercayaan pada masyarakat terhadap media sosial bisa dikatakan sebagai second wind bagi pelaku bisnis media mainstream,” katanya di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Kamis (15/2).

Istilah second wind yang membuat media massa untuk memiliki tenaga baru berkompetisi sesuai dengan hasil Riset Edelman Trust Barometer Global Report 2018 yang menunjukkan level kepercayaan masyarakat terhadap media sosial menurun. “Kebanyakan dari media mainstream barangkali di sini, media cetak mendapatkan tenaga baru. Intinya ini kalau orang tinju, kadang-kadang kalau tinju ada suatu kepayahan tuh, itu tiba-tiba dapat second windSecond wind itu dapat tenaga baru lagi, kencang lagi, berani lagi, nyerang lagi,” ungkap Rudiantara.

Menurutnya, sangat wajar ketika media mainstream mulai memanfaatkan ruang media online seperti website portal media tersebut. Namun, yang perlu dihindari oleh para pelaku media mainstream ini adalah saat mengambil substansi dari media sosial.

Rudiantara menyatakan, jika media mainstream salah langkah mengambil konten media sosial yang tidak memiliki nilai keberimbangan, ini bisa menjadi ‘bunuh diri’ bagi media mainstream.

“Nah sekarang sudah mulai juga beberapa yang terjebak mengambil konten dari media sosial dimasukkan sebagai substansi media cetak, ini blunder. Artinya harus tetap memiliki etika, menjunjung tinggi profesionalisme,” imbuhnya.

Rudiantara menuturkan, dalam konten media sosial yang diutamakan hanyalah kecepatan tanpa keseimbangan nilai berita. Oleh karena itu, ia menyatakan para pemain media mainstream dapat terus meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan keberimbangan dan keakurasian berita yang dipublikasikan. (dwi)