Pangeran Mohammed bin Salman

Kastara.ID, Jakarta – Rencana kunjungan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud ke kawasan Asia Tenggara (Indonesia dan Malaysia) ditunda pelaksanaannya. Kabar penundaan tersebut telah dikonfirmasi oleh Kementerian Luar Negeri RI melalui laman resminya, Sabtu (16/2).

Terkait penundaan tersebut, disebutkan bahwa pihak Indonesia dan Saudi Arabia akan terus berkomunikasi untuk menentukan jadwal baru, sekaligus memastikan hasil-hasil kunjungan (deliverables) yang lebih optimal.

Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman bin Abdulaziz Al Saud menunda lawatannya ke Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Malaysia. Sebelumnya dijadwalkan Pangeran Mohammed bin SalmanĀ berencana mengunjungi Indonesia pekan depan (19/2).

Bahkan Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri Desra Percaya menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo dijadwalkan menerima lawatan Pangeran Mohammed bin Salman di Istana Bogor.

Rencana kunjungan Pangeran Mohammed bin Salman ke Indonesia pertama kali disampaikan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebriel. Pangeran Mohammed bin Salman juga diagendakan bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla. Kunjungan ke Indonesia termasuk rangkaian lawatan ke sejumlah negara seperti India, Pakistan, dan China.

Kunjungan kenegaraan perdana Pangeran Mohammed bin Salman ke kawasan Asia Tenggara ituĀ diperkirakan untuk menguatkan kerja sama ekonomi dan investasi Saudi dengan negara-negara sahabat.

Sementara di sisi lain, Pangeran Mohammed bin Salman juga dianggap bertanggung jawab atas pembunuhan Jamal Khashoggi, wartawan pengkritik kerajaan Saudi yang tewas di konsulat Saudi di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018.

Bahkan Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) menyimpulkan Pangeran Mohammed bin Salman telah memerintahkan pembunuhan Khashoggi dan juga disebut pernah berniat menembak mati koresponden surat kabar The Washington Post itu jauh sebelum peristiwa itu terjadi.

Sementara Saudi menyatakan jasad Khashoggi telah dimusnahkan dan Saudi tetap membantah kerajaan terlibat konspirasi pembunuhan itu. (rya)