Sido Muncul

Kastara.ID, Jakarta – Saat ini lapangan pekerjaan sedang berkontraksi dan lulusan Perguruan Tinggi banyak yang sedang menganggur. Permasalahan  tersebut tidak dapat diselesaikan oleh kampus atau Perguruan Tinggi saja, akan tetapi diperlukan kerja sama, saling bergandengan tangan dengan pihak lain (pelaku usaha) untuk mencari solusi bersama.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nizam pada acara Diskusi Hilirisasi Ekosistem Jamu bersama CEO Sido Muncul. Tujuan dari acara tersebut yaitu untuk menjalin kolaborasi dan menjajaki berbagai macam potensi-potensi yang akan bermanfaat bagi masyarakat.

Saat ini, Indonesia masih mengandalkan kegiatan impor untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya, seperti buah-buahan, teknologi dan lain sebagainya. Sementara sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia sangat banyak dan melimpah. Di sinilah peran Perguruan Tinggi untuk dapat berkolaborasi menghasilkan berbagai macam teknologi inovasi dalam upaya meningkatkan kedaulatan negara dengan menciptakan berbagai karya reka cipta yang dibutuhkan.

Nizam mengatakan, terdapat tiga prinsip dalam mengupayakan keterlibatan Perguruan Tinggi untuk meningkatkan ekosistem reka cipta di Indonesia, yaitu pertama, kampus akan membuka selebar-lebarnya bagi mahasiswa untuk dapat belajar di luar kampus minimal satu semester. Kedua, mendorong setiap dosen untuk lebih mengenal permasalahan yang terjadi di lapangan, dan yang ketiga, mengundang para profesional untuk mengajar di kelas, memberikan informasi dari permasalahan di industri, sehingga kampus akan berjalan selaras dengan dunia nyata.

Diketahui bahwa kampus merupakan pusat dari sumber daya manusia yang dapat membantu dalam pembangunan Negara. Kampus juga merupakan salah satu tempat ide-ide muncul, seperti ide-ide penelitian dengan mengidentifikasi suatu permasalahan dan mencari solusi yang optimal. Akan sangat disayangkan apabila ide-ide kreatif tersebut tidak diimplementasikan.

“Pada prinsipnya mahasiswa memiliki ide, namun pada akhirnya ide-ide tersebut tidak selaras dan tidak tumbuh. Hal ini seperti benih yang berada di padang tandus yang tidak di beri pupuk dan tidak dapat berkembang”, ujar Nizam, seperti dikutip dalam rilis Ditjen Dikti Kemendikbud di Jakarta, Selasa (16/3).

Nizam menyebutkan, Kolaborasi menjadi cara untuk dapat menghilirisasi ide-ide dan hasil penelitian para inventor kepada publik.

“Apabila industri dan perguruan dapat bergandengan tangan, maka akan berdampak sekali,” lanjut Nizam.

Kemendikbud melalui Ditjen Dikti tengah mengembangkan platform Kedaireka, yang akan mempertemukan kampus dan industri untuk berdialog di dalam satu ‘wadah’ besar.

“Kedaireka merupakan singkatan dari kedaulatan Indonesia untuk reka cipta, (Kedaireka di buat) supaya penelitian dari perguruan tinggi tidak terhenti dalam bentuk kertas, tidak terhenti sebagai bahan pameran saja akan tetapi dapat memberikan manfaat kepada industri dan  masyarakat, serta sebagai upaya dalam pembagunan ekonomi kedepan,” jelas Nizam.

Hadir dalam Diskusi Hilirisasi Ekosistem Jamu bersama CEO Sido Muncul Irwan Hidayat beserta jajarannya, Koordinator Tim Akselerasi Reka Cipta Ditjen Dikti Achmad Adhitya Maramis, Tim Akselerasi Reka Cipta Ditjen Dikti bidang Komunikasi, Media, dan Komunitas Ade Kadarisman, serta Tim Akselerasi Reka Cipta Ditjen Dikti bidang Inovasi M. Setiawan.

PT Sido Muncul merupakan industri besar yang telah lama berdiri di Indonesia dan telah menghasilkan lebih dari 300 produk, serta telah melakukan penyerapan ribuan tenaga kerja.

Dalam kesempatan tersebut Hidayat mengatakan, Indonesia memiliki potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan suatu produk. Namun, hal tersebut menjadi kendala ketika sebuah alat atau teknologi untuk mengolah sumber daya tersebut belum tersedia.

“Saat ini telah terdaftar 11.000 inventor di platform Kedaireka dan sebanyak 2.000 produk reka cipta yang dapat dikolaborasikan dengan Sido Muncul,” kata Adhitya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyiapkan dana pendamping bagi perguruan tinggi yang telah memiliki mitra industri. Nizam mengatakan, dalam riset belum tentu berhasil, belum tentu ekonomis, belum tentu marketable, sehingga disediakan dana pendamping yang dapat dipergunakan untuk mengurangi risiko yang akan terjadi.

Peningkatan SDM pun menjadi sangat penting untuk dapat membangun industri menjadi lebih baik lagi. Dalam meningkatkan kualitas SDM tersebut, Nizam menjelaskan selama ini magang hanya dilakukan selama 2-3 bulan, namun dengan kebijakan Kampus Merdeka, maka mahasiswa akan memiliki kesempatan untuk magang hingga 3 semester. Hal ini akan memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk dapat melihat peluang-peluang di dalam industri, serta dapat dimanfaatkan sebagai momen untuk meningkatkan kapasistas diri menjadi seorang profesional.

Sementara CEO Sido Muncul Irwan mengatakan, dalam program magang yang terpenting adalah tujuannya, dan diharapkan saat kegiatan magang, mahasiswa bukan hanya belajar di sebuah industri saja, akan tetapi dapat memberikan dan menyumbangkan ide-ide, serta saran kepada industri, sehingga akan melatih rasa percaya diri dan keberaniannya. (mar)