Candi Borobudur

Kastara.ID, Jakarta — Sejak pandemi Covid-19 yang mengakibatkan ketidaksesuaian permintaan dan gangguan pasokan pangan, sebenarnya alarm potensinya terjadinya krisis pangan dunia sudah berbunyi. Kini ancaman itu semakin nyata karena tersendatnya rantai pasokan akibat perang Rusia-Ukraina. Pancasila sebagai ideologi yang futuristik dan sebagai basis arah dan tujuan pembangunan nasional sejatinya sudah mengingatkan besarnya potensi terjadinya krisis pangan dunia.

Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan, Pancasila secara tegas menghendaki agar pembangunan nasional menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki ekonomi yang mandiri, tidak tergantung dan dikendalikan oleh gejolak harga-harga dan pasar terutama di negara-negara maju. Perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam pembangunan nasional salah satunya terletak pada kemampuan Indonesia mencukupi kebutuhan pangan sendiri dan memberi sumbangsih bagi ketersediaan pangan dunia.

“Sebagai ideologi futuristik, Pancasila sudah mengingatkan kita semua bahwa krisis pangan akan selalu membayangi dunia. Oleh karena itu, Pancasila menginginkan agar bangsa ini tumbuh menjadi negara yang memiliki ekonomi yang mandiri, sehingga jika ada gejolak terutama pangan kita tidak terseret masuk dalam gejolak tersebut. Bahkan soal pangan, cara pandang Pancasila bukan lagi inward looking atau berorientasi ke dalam tetapi sudah outward looking atau mampu memberi sumbangsih bagi ketersediaan pangan dunia,” ujar Fahira Idris di sela-sela Sosialisasi Empat Pilar MPR RI (Pancasila, UUD NRI 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI) di kawasan Jakarta Timur (17/7).

Menurut Fahira, para pendiri bangsa sebagai perumus Pancasila meyakini kemampuan Indonesia di bidang pangan dikarenakan potensi dan kekayaan yang dimiliki bangsa ini sebagai sebuah kekuatan ekonomi. Sebagai negara kepulauan dan agraris yang subur, tempat sebagian besar rakyatnya bergumul dengan lumpur, tanah, dan air laut, kekuatan ekonomi Indonesia sejatinya ada di sektor pangan.

“Itulah kenapa, sejatinya pondasi ekonomi Indonesia sebenarnya mengutamakan produksi bahan pangan dan perluasan produksi pertanian, perkebunan, peternakan, serta perikanan. Sementara aktivitas ekonomi lain misalnya industri berat yang menghasilkan sumber energi untuk pelaksanaan industrialisasi ditujukan mendukung industri pangan untuk menjamin produksi dan distribusi hasil bumi pangan tidak terpengaruh gejolak apalagi spekulasi harga,” pungkas Senator Jakarta ini. (dwi)