Kastara.ID, Jakarta – Memasuki hari ke dua belas, banjir di Kabupaten Demak mulai berangsur surut. Hal itu seperti yang terlihat di wilayah Kecamatan Karanganyar, sebagai wilayah yang tergenang paling parah, kini ketinggian muka air tinggal tersisa genangan 10-30 sentimeter.

Surutnya genangan air di wilayah Kecamatan Karanganyar ini disebabkan oleh beberapa faktor. Selain kondisi cuaca, keberhasilan tim gabungan dalam menutup tanggul Sungai Wulan yang jebol ditengarai menjadi bagian dari faktor tersebut, termasuk upaya penyedotan air yang dioptimalkan hingga hari kemarin (18/2).

Berdasarkan hasil kaji cepat yang dihimpun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah per Sabtu, tanggal 17 Februari 2024 pukul 19.00 WIB, tercatat masih ada 25 desa di tiga kecamatan yang masih terdampak banjir antara lain di Kecamatan Karanganyar, Gajah, dan Mijen. Jika dibandingkan dengan data awal, maka cakupan wilayah kecamatan yang terdampak juga menurun dari delapan menjadi tiga.

Warga yang mengungsi ada sebanyak 24.359 jiwa dan tersebar di 135 titik. Jumlah tersebut juga mengalami penurunan jika dibanding data kaji cepat kemarin yang masih berada di angka 25.518 jiwa. Penurunan jumlah pengungsi ini mulai terlihat seperti yang ada di SDN Undaan Kidul dan Undaan Lor, Kecamatan Karanganyar dan beberapa orang yang mengungsi di rumah warga di Mlaten, Kecamatan Mijen. Saat ini beberapa warga di dua lokasi pengungsian itu sudah kembali ke rumah masing-masing.

Genangan air yang sebelumnya mencapai 250 cm di jalan lintas Semarang-Kudus sudah surut. Jalur yang menjadi akses mobilitas utama wilayah pantura ini sudah bisa dilewati kendaraan kecil dengan kecepatan terbatas, sementara itu untuk kendaraan jenis truk tronton masih dilarang untuk melintas. Sebab, di sepanjang jalur tersebut masih terdapat tenda pengungsi mandiri warga.

Sementara dapur umum yang terbagi di 21 titik terus beroperasi untuk memenuhi kebutuhan permakanan para pengungsi yang masih bertahan dan juga korban banjir yang sudah kembali pulang ke rumah. Selain itu, dapur umum ini juga menyuplai kebutuhan permakanan bagi tim penanggulangan bencana termasuk para relawan yang bertugas di lapangan.

Selain peran pemerintah dan unsur forkopimda, percepatan penanganan banjir Demak juga dibantu oleh peran para relawan. Hingga Sabtu (17/2) tercatat lebih dari 600 relawan turut terjun ke wilayah terdampak banjir Demak.

Para relawan secara bergiliran mulai terjun ke lapangan sejak hari pertama banjir mulai melanda wilayah Kabupaten Demak. Pada tiga hari pertama, fokus kegiatan relawan pada evakuasi korban, pendirian tenda pegungsi, dan dapur umum.

Saat ini aksi relawan banyak membantu dalam distribusi air bersih ke wilayah terdampak banjir serta layanan sosial bagi warga terdampak.

Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD Provinsi Jawa Tengah Muhamad Chomsul menjelaskan, untuk mempermudah sistem koordinasi antar relawan, BPBD Provinsi Jawa Tengah mendapat dukungan dari BNPB berupa aktivasi desk relawan.

“Sebelumnya karena jumlah relawan yang banyak, kami kesulitan dalam pendataan baik personilnya, aksi, dan lokasi aksinya. Aplikasi ini mempermudah koordinasi bagi para relawan,” ujar Chomsul.

Salah satu contoh pemanfaatan desk relawan oleh relawan bisa dilihat dari aplikasi tentang adanya aksi dukungan relawan dari Migrant Care-Save The Children yang menyalukan bantuan berupa hygiene kit, dan alat pendidikan serta dukungan psikososial di Desa Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, Demak.

Desk relawan merupakan aplikasi sebagai wadah berbagi informasi respons tanggap darurat, sumberdaya dan pendataan relawan penanggulangan bencana banjir di wilayah Kabupaten Demak dan Kudus. Sebanyak 200 relawan sudah terdaftar dalam aplikasi sejak lima hari pasca dibangunnya sistem desk relawan ini.

Aplikasi Desk relawan bisa diakses melalui situs https://deskrelawanpb.bnpb.go.id/banjir-demak/  (har)