Kastara.id, Quito – Pada 17 Oktober 2016 di Quito, Ekuador, UN Conference on Housing & Urban Development atau lebih dikenal dengan Habitat III resmi dibuka Raffael Correa selaku Presiden Konferensi. Dalam konferensi ini akan disepakati Agenda Baru Perkotaan atau New Urban Agenda (NUA) untuk 20 tahun ke depan yang menjadi panduan dalam pembangunan perkotaan dunia.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono turut hadir dalam pembukaan acara tersebut bersama anggota delegasi Indonesia lainnya yakni Duta Besar/Wakil Tetap Republik Indonesia (RI) untuk PBB Dian Triansyah Djani, Duta Besar RI untuk Ekuador Diennaryati Tjokrosuprihatono, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Sosial dan Budaya Lana Winayanti, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, dan Deputi Regional Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Arifin Rudiyanto.

“Dalam New Urban Agenda (NUA) ini kita sadar bahwa urbanisasi adalah keniscayaan tetapi harus dikendalikan dengan perencanaan dan metoda pembiayaan pembangunan permukiman dan perkotaan berkelanjutan,” kata Menteri Basuki sebelum acara pembukaan dimulai.

Menurut Basuki, Indonesia berkepentingan dengan penyelenggaraan UN Habitat III ini karena NUA menentukan arah kebijakan dan program pembangunan permukiman dan perkotaan 20 tahun ke depan di Indonesia.

Sekjen PBB Ban Ki Moon dalam sambutan pembukaan mengatakan bahwa kita akan bersama-sama mendukung agenda pembangunan berkelanjutan. Implementasi Sustainable Development Goals (SDG) akan menentukan apakah kota-kota menjadi lebih aman, inklusif, tangguh/berdaya tahan dan berkelanjutan sebagaimana tujuan SDG ke-11.

Menurutnya kota memiliki peran yang sangat besar dalam mengatasi kemiskinan. Kota adalah mesin pertumbuhan dan sekaligus pusat kreativitas. Suksesnya pelaksanaan New Urban Agenda membutuhkan kolaborasi dari berbagai aktor pembangunan perkotaan.

Sementara itu Peter Thomson, Presiden dari UN General Assembly menyampaikan bahwa NUA memberikan panduan untuk kota yang direncanakan dan dirancang dengan baik.

Walikota merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan NUA tersebut. Selain itu, ia mengangkat pentingnya generasi muda dan universitas sebagai prioritas mengingat keduanya akan mewarisi kondisi perkotaan masa depan.

Dr. Joan Clos, Sekjen Konferensi UN Habitat III dalam sambutannya lebih menekankan bahwa NUA membuka peluang yang lebar untuk mencapai kesejahteraan dan harapan yang lebih baik di masa depan. Urbanisasi akan menghasilkan nilai tambah dan kesejahteraan, namun perlu dikelola dengan framework yang baik.

Joan Clos menambahkan bahwa setidaknya beberapa strategi berikut menjadi penting, yakni penguatan tata kelola kota, perencanaan dan perancangan kota, dan pembiayaan pembangunan permukiman dan perkotaan dalam rangka menjamin keadilan dan keberlanjutannya.

Selain itu, pentingnya dialog dan sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam perumusan kebijakan perkotaan yang lebih baik. Untuk sampai pada NUA telah diselenggarakan 3 PrepCom, 40 events besar, 1100 organisasi yang terlibat dan 50,000 jejaring yang terlibat, serta 36.000 partisipan. Selain itu telah diterima 120 country report.

Walikota Quito Mauricio Esteban Rodas Espinel dalam sambutannya mengatakan, diperlukan penguatan terhadap aktor lokal. Ia mengajak untuk perlu lebih memahami dan mengapresiasi peran vital Pemerintah Daerah.

Dalam gelaran selama empat hari ini, Delegasi maupun partisipan dari Indonesia akan aktif mengikuti berbagai side events selama Konferensi. Delegasi Indonesia juga turut serta menjadi peserta pameran, mengadakan pertemuan dengan grup PBB, serta melaksanakan pertemuan bilateral, antara lain dengan Pemerintah Ceko, Polandia, Afghanistan, Jerman, Malaysia, dan tuan rumah Ekuador serta menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Korea Selatan. (npm)