Musik Samrah

Kastara.ID, Jakarta – Musik Samrah mungkin kurang dikenal banyak orang jika dibandingkan tanjidor dan gambang kromong. Padahal kesenian asli Betawi yang lahir dan berkembang di kawasan Tanah Abang sejak 1920 silam ini pernah populer di eranya.

Sanggar Widya Pelangi merupakan satu dari sedikit sanggar di Jakarta yang hingga kini masih menggeluti kesenian Samrah di tengah pesatnya kemajuan zaman.

“Samrah adalah kesenian Betawi yang sudah jarang dimainkan. Itu yang menjadi alasan saya untuk terus melestarikan kesenian ini,” kata Kartika Widya (48), Pimpinan Sanggar Widya Pelangi, Ahad (19/4).

Widya menuturkan, sejak didirikan pada 17 Maret 2007 lalu, sanggar yang bermarkas di Jalan Kayu Manis, Gang AMD, RT 06/05, Bale Kambang, Kramat Jati, Jakarta Timur ini telah memainkan musik Samrah. “Samrah merupakan musik orkes melayu yang dimainkan dengan tarian,” tuturnya.

Wanita yang mengaku telah berkecimpung di dunia seni sejak usia 20 tahun ini mengutarakan, musik Samrah dimainkan dengan berbagai alat musik tradisional seperti acordion, biola, bas betot dan gendang lontong. Jenis lagu yang dibawakan pun bernuansa melayu dengan judul seperti sirih kuning, pulo angsa dua, burung putih, kicir-kicir, jali-jali, lenggang kangkung, dan lainnya.

“Dulu musik Samrah sangat poluler di Tanah Abang. Tapi sekarang sudah sedikit sanggar yang memainkan musik ini,” ungkapnya.

Berkaca dari kondisi itu, Widya pun memikirkan cara agar kesenian ini bisa tetap terjaga dan diterima generasi muda. Salah satu upaya yang dilakukan dengan memadukan alat musik modern seperti drum, keyboard, gitar, dan bass elektrik ke dalam musik Samrah.

“Hasilnya menggembirakan. Anak-anak banyak yang suka. Sampai saat ini, saya bersama 12 murid masih rutin berlatih setiap Rabu dan Jumat dari pukul 16.00,” tandasnya. (hop)