Oleh: Fadil Aulia

SEPAKBOLA merupakan salah satu cabang olahraga yang cukup digemari di Indonesia. Terlepas dari minimnya prestasi sepakbola Indonesia di kancah Internasional apabila dibandingkan dengan bulutangkis, tetap tidak menjadi halangan bagi masyarakat Indonesia untuk mencintai cabang olahraga ini. Seolah-olah cabang olahraga ini menjadi cabang olahraga yang lahir di negara ini. Bahkan, banyaknya suap-menyuap atau tindakan kejahatan lainnya yang terjadi dalam persepakbolaan di negeri ini tetap tidak membuat hilangnya kecintaan masyarakat negeri ini terhadap sepakbola.

Beberapa waktu belakangan ini, dunia persepakbolaan Indonesia dihebohkan dengan dua berita yang saling bertolak belakang. Pertama, berita mengenai diizinkannya kembali masyarakat Indonesia menonton secara langsung pertandingan sepakbola di stadion. Pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), memberikan izin masuk stadion kepada penonton pada perhelatan Piala Presiden 2022, setelah ditutupnya stadion bagi masyarakat selama masa pandemi Covid-19. Hal ini tentunya membawa semangat baru bagi persepakbolaan Indonesia.

Kedua, berita yang cukup menyedihkan khalayak pecinta sepakbola Indonesia yaitu mengenai meninggalnya dua suporter Persib Bandung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Meninggalnya dua suporter Persib Bandung saat akan menyaksikan laga antara Persib vs Persebaya pada tanggal 17 Juni 2022 kemarin tentunya membawa catatan buruk di tengah kembali hidupnya persepakbolaan Indonesia setelah lama vakum karena pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Meninggalnya suporter sepakbola bukanlah merupakan hal yang baru terjadi dalam persepakbolaan Indonesia. Meninggalnya dua suporter Persib Bandung tentunya menambah daftar panjang meninggalnya suporter sepakbola Indonesia. Setidaknya berdasarkan beberapa sumber, dari tahun 1995 sampai sekarang sudah terdapat kurang lebih tujuh puluhan suporter sepakbola Indonesia yang meninggal. Baik meninggal sebelum menyaksikan pertandingan, pada saat menyaksikan pertandingan ataupun setelah pertandingan selesai. Baik meninggal karena desak-desakan antara suporter, tawuran antarsuporter, dikeroyok oleh suporter lain ataupun karena penyebab lainnya.

Implikasi
Berulangnya kasus meninggalnya suporter sepakbola Indonesia tersebut, tentunya menunjukkan bahwa tidak amannya kondisi stadion yang ada di Indonesia. Ketidakamanan stadion yang ada di Indonesia tersebut tentunya akan membawa beberapa implikasi buruk terhadap persepakbolaan Indonesia. Pertama, implikasi berupa pandangan buruk masyarakat internasional terhadap persepakbolaan Indonesia.

Deretan kasus meninggalnya suporter sepakbola Indonesia tersebut tentunya membawa dampak kepada buruknya padangan masyarakat internasional terhadap persebakbolaan Indonesia. Masyarakat Internasional khususnya asosiasi sepakbola negara-negara internasional akan menjadi takut mengadakan pertandingan sepakbola di Indonesia, baik pertandingan persahabatan ataupun pertandingan resmi lainnya. Ketakutan tersebut tidak bisa dilepaskan dari keamanan yang ada di stadion. Di samping itu, turis-turis yang datang berkunjung ke Indonesia pun juga akan menjadi takut menonton pertandingan sepakbola secara langsung karena kurangnya keamanan tersebut.

Kedua, takutnya masyarakat datang ke stadion. Bukan tidak mungkin, di tengah kecintaan masyarakat Indonesia terhadap sepakbola, masyarakat akan menjadi takut datang ke stadion karena taruhannya adalah nyawa. Seorang bapak/ibu, akan berfikir dua kali saat memberikan izin kepada anaknya untuk menonton bola ke stadion, karena tidak amannya stadion. Seorang suami isteri tidak akan berani lagi menghabiskan akhir pekannya di stadion untuk menyaksikan pertandingan klub favoritnya.

Lalu apa?

Kondisi meninggalnya suporter sepakbola pada akan, saat, atau setelah menyaksikan pertandingan bukanlah merupakan hal yang bisa dianggap biasa saja. Kejadian ini berhubungan dengan nyawa manusia, yang dalam hukum positif Indonesia harus dilindungi. Kejadian ini harus mendapat perhatian serius dari semua pihak yang berkaitan dengan sepakbola di negeri ini. Jangan sampai kejadian meninggalnya suporter terus berulang setiap tahunnya.

Setidaknya terdapat beberapa hal yang harus dilakukan evaluasi besar-besaran baik oleh panitia pelaksana, aparat keamanan, ataupun oleh PSSI secara umum. Pertama, sistem masuk dan keluarnya penonton ke/dari stadion. Masuknya dan keluarnya penonton ke/dari stadion merupakan bagian yang cukup rawan terjadinya persinggungan antara suporter yang satu dengan suporter yang lainnya. Terlebih lagi pada saat Big Match. Tidak jarang banyak terjadi perselisihan di sana. Panitia pelaksana pertandingan harus benar-benar memperhatikan bagaimana suporter yang masuk dan keluar stadion tidak terjadi perselisihan.
Kedua, penyeleksian barang yang dibawa masuk ke stadion. Tidak jarang suporter yang datang ke stadion membawa benda-benda tajam yang bisa membahayakan nyawa suporter lainnya. Hal tersebut tentunya harus menjadi perhatian serius panitia pelaksana bekerja sama dengan pihak keamanan, agar suporter yang datang ke stadion tidak membawa barang-barang yang berbahaya. Ketiga, memperkuat keamanan pada saat sebelum pertandingan berlangsung, selama pertandingan berlangsung, dan setelah pertandingan berlangsung. Terlebih lagi pada saat Big Match. Upaya pencegahan harus ditingkatkan oleh pihak keamanan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Karena selama ini, sebagian besar, tindakan-tindakan kekerasan terhadap suporter beberapa di antaranya terjadi di luar stadion baik sebelum ataupun setelah pertandingan berlangsung.

Keempat, memperbanyak dan memperkuat pengamanan di dalam stadion. Apabila melihat pertandingan yang berlangsung di stadion selama ini, sangatlah tidak berimbang antara pihak keamanan yang dihadirkan dengan jumlah suporter yang hadir di stadion. Hal ini tentunya akan berdampak kepada tidak bisanya pihak keamanan mengamankan ketika terjadi kericuhan di antara suporter yang jumlahnya jauh lebih banyak.
Kelima, sosialisasi rutin terhadap kelompok-kelompok suporter yang ada di Indonesia. Sosialisasi terhadap kelompok suporter oleh pihak keamanan ataupun oleh PSSI merupakan hal yang jarang terdengar selama ini. Hal ini tentunya harus dilakukan, karena beberapa di antara kasus meninggalnya suporter berasal dari tawuran antara kelompok suporter yang satu dengan kelompok suporter yang lainnya.

Berkaca dari beberapa kasus meninggalnya suporter sepakbola di Indonesia, lima poin di atas merupakan hal wajib yang harus dibenahi oleh pihak yang berkaitan dengan pertandingan sepakbola di negeri ini. Mulai dari panitia pelaksana, pihak kemanan ataupun oleh PSSI. Koordinasi antara panpel dengan aparat keamanan harus diperkuat agar perkara meninggalnya suporter sepakbola Indonesia tidak terulang kembali. (*)

* Penulis adalah penggemar sepakbola dan alumnus Magister Ilmu Hukum UGM.