Terlahir di Jakarta pada 26 Maret 1972, Asma Nadia telah banyak membuat karya tulis. Bahkan, belasan di antaranya diangkat ke layar lebar. Beberapa juga diangkat ke layar televisi seperti Novel Jangan Bercerai Bunda yang saat ini sinetronnya sedang tayang di televisi.

Asma mengatakan, sejak kecil memang sudah akrab dengan kegiatan menulis atau seni karena ayahnya, Amin Usman (Amin Ivo’s) dikenal sebagai pencipta lagu kondang. Beberapa lagu ciptaannya seperti Kau Bukan Dirimu dan Kini Baru Kau Rasa yang dinyanyikan Dewi Yull, juga banyak penyanyi kondang lain seperti Broery Marantika, Christine Panjaitan, Iis Sugianto, Andi Mariam Matalata, dan artis lainnya.

Ibundanya juga sangat menggemari menulis karena selalu membuat catatan harian. Bahkan, sang kakak, Helvy Tiana Rosa juga kerap menulis dan karya-karyanya sudah lebih dahulu dipublikasikan.

“Jadi saya terbawa dari situ. Awal-awalnya membuat lirik-lirik lagu ketika masih SD. Waktu di kelas 2 SMP Negeri 78 Jakarta saya sudah membuat tulisan-tulisan, termasuk cerpen, namun saat itu belum ada yang memuat,” ujarnya, Selasa (20/6).

Usai SMA, Asma semakin menekuni bidang menulis. Ketika awal duduk di bangku kuliah, Asma mengikuti lomba-lomba penulisan cerpen tingkat nasional, salah satunya di Majalah Annida hingga berhasil menjadi juara.

Karya pertama yang dimuat di Majalah Annida berjudul Surat Buat Asadullah di Surga. Karya tulis ini dibuat berawal dari kisah meninggalnya anak dari temannya yang sudah dianggap seperti keponakan sendiri.

“Lantaran kangen, saya membuat surat, tulisan ini kemudian dikirimkan kakak saya ke Majalah Annida. Usai itu, saya semakin semangat untuk menulis agar bisa dimuat di Majalah Ummi, Horizon hingga Republika,” terangnya.

Asma menjelaskan, di tahun 1999 dia bertemu dengan seseorang yang ingin menerbitkan buku dirinya bersama kakaknya, Helvy Tiana Rosa yang berkisah tentang orang-orang biasa yang luar biasa.

Namun, sayangnya setelah buku itu terbit dirinya merasa kurang puas dengan tampilannya. Sehingga, dia lebih banyak mempelajari tentang tampilan (cover) buku dan yang lainnya.

“Buat saya adanya kejadian ini menjadi titik balik bahwa bagi seorang pengarang itu bukan sekadar buku diterbitkan. Tapi, ada aspek-aspek pendukung lain yang tidak kalah penting agar menarik orang untuk membaca, yaitu sosok buku, termasuk cover,” ungkapnya.

Di tahun 2000, imbuh Nadia, bukunya dipinang dua penerbit yaitu Mizan dan Syaamil (Sygma) dan tahun itu sepuluh buku karyanya dirilis. Sebanyak masing-masing dua buku merupakan karya kolaborasi dengan Helvy Tiana Rosa, juga  Isa Alamsyah (suaminya) dan satu lainya bersama Boim Lebon.

“Buku pertama yang saya buat berjudul Rembulan di Mata Ibu dan Serenade Biru Dinda (kemudian diterbitkan ulang dengan judul Pertama Bilang Cinta). Buku Rembulan di Mata Ibu menjadi buku remaja terbaik dan saya mendapatkan Adikarya IKAPI Award sebagai Juara Pertama. Buku berjudul Derai Sunyi/Bidadari Berbisik di tahun 2005 juga berhasil meraih penghargaan dari Majelis Sastra Asia Tenggara sebagai Karya Terbaik,” bebernya.

Karya Bidadari Berbisik ini, ucap Nadia, dibuat setelah dirinya diundang untuk mengikuti pembelajaran menulis dari Bengkel Menulis Novel di tahun 2001 dari Majelis Sastra Asia Tenggara.

“Itu merupakan bengkel penulisan pertama yang saya ikuti,” kata Nadia.

Berkat ketekunannya menulis dengan karya luar biasa, prestasi terus diraih Asma, seperti penghargaan sebagai Pengarang Terbaik dari Mizan, Tokoh Perubahan dari Republika, Tokoh Perbukuan Islam dan di tahun 2023 ini menerima penghargaan Perempuan Indonesia Juara dari Yayasan Perempuan Indonesia Juara.

“Bersama Mbak Helvy, kami Alhamdulillah masuk dalam 20 muslim Indonesia yang namanya tercantum dalam The World’s 500 Most Influential Muslims 2023 dari The Royal Islamic Strategic Studies Centre (MABDA), lembaga riset di Yordania,” ujarnya.

Ia menambahkan, hingga saat ini sudah sekitar 80 bukunya yang diterbitkan, termasuk dalam versi digital atau e-book yang bisa dibaca di aplikasi KBM App. Hingga saat ini, sudah ada 12 buku yang kemudian diangkat ke layar lebar di antaranya Emak Ingin Naik Haji, Assalamualaikum Beijing, Jilbab Traveler, Pesantren Impian, Cinta Laki-Laki Biasa, dan Surga Yang Tak Dirindukan 1-3.

“Kalau total karya itu mencapai 107 karena ada juga antologi yang diterbitkan Dewan Kesenian Jakarta, naskah drama yang juga meraih penghargaan. InsyaAllah, tahun ini juga akan ada film dari buku saya berjudul Jomblo Fi Sabilillah (Warna Pictures) dan Petualangan Anak Penangkap Hantu (MNC Pictures),” ucapnya.

Ada beberapa karya, menurut Asma yang sangat berkesan baginya. Karya tersebut yakni novel berjudul Surga Yang Tak Dirindukan 1. Sebab, untuk menyelesaikan tulisan itu memerlukan waktu hingga tujuh tahun. Buah ketekunan itu pun tidak sia-sia karena di tahun 2015 difilmkan dan merajai posisi pertama film  box office Indonesia.

Kemudian, Cerpen Emak Ingin Naik Haji juga menjadi yang paling berkesan karena menjadi karya pertamanya yang difilmkan. Karya ini, pada tahun 2013 dibawanya saat diundang menjadi penulis tamu di Iowa International Writing Program yang dikenal sebagai ajang residensi paling prestisius di kalangan penulis.

Satu karya lain yang sangat berkesan adalah Catatan Hati Seorang Istri. Pasalnya, melalui buku ini aku yang biasa hanya dikenal sebagai penulis religi bisa mendapatkan atensi juga dari masyarakat non-muslim.

“Novel berjudul Surga Yang Tak Dirindukan ini ada sequel dan semua difilmkan, meskipun untuk Surga Yang Tak Dirindukan 3 tidak masuk bioskop karena pandemi. Saya bersyukur juga, Emak Ingin Naik Haji mendapatkan apresiasi positif dari  negara-negara lain, juga Assalamu alaikum Beijing 1 yang sempat tayang di Okinawa. Sementara dari buku Catatan Hati Seorang Istri berhasil mendekatkan dengan kaum perempuan lintas agama, karya ini juga disinetronkan dan meraih rating tertinggi saat itu di televisi,” tukasnya.

Asma mengajak, anak-anak di Jakarta untuk bisa menekuni dunia menulis. Tidak ada masalah jika karya belum menembus penerbit sebab saat ini terbuka ruang untuk membangun eksistensi dan bahkan mendapatkan penghasilan dalam jumlah besar dengan menulis di aplikasi kepenulisan. Asma sendiri tidak segan berbagi ilmu yang salah satunya bisa diakses melalui aplikasi KBM App.

“Saya menjadi host acara bertajuk Belajar Dari Bintang di aplikasi itu. Acaranya gratis setiap Rabu malam via Zoom. Luar biasanya, aplikasi KBM App ini merupakan karya anak bangsa dan amanah. Menariknya lagi, aplikasi ini juga bisa memotivasi penulis karena memberikan royalti yang sangat baik. Ada sekitar 10 orang penulis di sini yang setahu saya sudah berpenghasilan ratusan juta, meskipun penulis baru,” Asma menambahkan.

Lulusan SMAN 1 Budi Utomo ini menyambut baik, jika Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas  Perpustakaan dan Kearsipan, juga perpustakaan daerah lain dan Kementerian Pendidikan menggelar acara workshop dan menjangkau daerah terpencil, dengan memanfaatkan metode-metode kekinian.

“Kalau ada podcast bisa juga. Saya kira penulis-penulis yang sudah mapan pun juga akan senang sekali menyukseskan upaya memperbanyak atau meregenerasi penulis,” ucapnya.

Untuk meningkatkan minat baca masyarakat, Asma mendirikan Yayasan Asma Nadia yang menaungi Rumah Baca Asma Nadia. Rumah baca ini menjadi gambaran kemuliaan hati dan amal baik yang senantiasa dilakukannya karena perpustakaan ini difokuskan bagi para mustahik. Saat ini sudah ada 229 Rumah Baca Asma Nadia di tanah air.

“Ini bagian dari perjuangan literasi. Saya punya cita-cita bisa membuka 1.000 Rumah Baca Asma Nadia,” harapnya.

Sementara Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) DKI Jakarta, Firmansyah menyampaikan apresiasi tinggi kepada penulis-penulis dari Jakarta yang telah memberikan kontribusi nyata untuk Indonesia. Terlebih, banyak karya-karya itu yang kemudian menginspirasi hal-hal positif.

“Apresiasi dan terima kasih saya kepada Mbak Asma Nadia dan kawan-kawan yang telah memberikan sumbangsih karya bagi nusantara. Semoga semakin banyak lagi penulis dari Jakarta yang berprestasi, Kami akan membuat terobosan-terobosan baru agar kita tidak kehabisan penulis hebat. Jadi Karya untuk Nusantara. Sukses Jakarta untuk Indonesia,” tandasnya. (hop)