Kastara.ID, Jakarta – PDI Perjuangan (PDIP) seharusnya tidak terlalu reaktif atas dukungan Budiman Sudjatmiko kepada Prabowo Subianto.

Hal itu diungkapkan Pengamat Komunikasi Politik M Jamiluddin Ritonga kepada Kastara.ID, Senin (21/8) pagi.

Menurutnya, reaksi Sekjen PDIP Hasto yang terkesan berlebihan justru menunjukkan kepanikan partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri. Hasto seolah begitu takut kehilangan kader luar biasa yang dapat menenggelamkan pamor PDIP.

“Padahal, Budiman bukanlah sosok menentukan di PDIP. Dia juga bukan sosok yang mengakar di PDIP,” ungkap Jamil.

Bahkan Jamil menyebut, Budiman juga gagal memimpin partai PRD. Ia tak berhasil membawa PRD ke Senayan.

“Budiman juga tidak memiliki basis massa yang besar. Hal itu terbukti pada Pileg 2019, ia tidak terpilih duduk di Senayan,” tandas pengamat dari Universitas Esa Unggul Jakarta ini.

“Jadi, secara politis tidak ada yang perlu terlalu dihawatirkan atas dukungan Budiman terhadapa Prabowo. Dukungan Budiman itu tidak akan menggembosi suara Ganjar Pranowo, khususnya di Jawa Tengah pada Pilpres 2024,” imbuhnya.

Selain itu, di era demokrasi setiap individu bebas untuk memilih dan dipilih. Hal itu menjadi hak setiap individu yang dilindungi UU.

“Setiap individu juga berhak untuk masuk partai politik yang diinginkannya. Sebaliknya partai poliitik juga berhak untuk menerima atau menolaknya, termasuk memecatnya,” ungkap Jamil yang juga mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta ini.

Karena itu, di era demokrasi, hal biasa orang masuk dan pindah partai politik. Hal itu bukan aib, sehingga tak perlu dihujat.

“Kalau PDIP terlalu reaktif, maka keuntungan akan diperoleh Budiman. Nama Budiman yang awalnya biasanya saja, justru akan semakin melambung bila PDIP terus bereaksi berlebihan,” pungkas Jamil. (dwi)