Bhima Yudhistira

Kastara.ID, Jakarta – Studi Center of Economics and Law Studies (CELIOS) menunjukkan, ada pengaruh dari kemunculan aplikasi multi-aset turut mendorong  peningkatan kualitas pertumbuhan investor ritel dengan perencanaan dan pengawasan investasi yang lebih baik.

Salah satunya dilihat dari peningkatan  jumlah investor ritel di pasar modal hingga akhir Mei 2022 yang meningkat 18,29 persen dengan jumlah mencapai 8,86 juta orang. Bahkan dominasi investor ritel terhadap aktivitas perdagangan harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2021 mencapai 56,2 persen atau naik 48,4 persen (yoy). Demikian paparan Direktur Center of Economics and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira.

“Pertumbuhan investor ritel yang cukup signifikan terjadi karena perubahan perilaku masyarakat selama masa pandemi, peran media sosial, dan adaptasi teknologi. Aplikasi multi-aset turut membantu meningkatkan kualitas pertumbuhan investor ritel,” ujar Bhima

Ia menambahkan, terdapat beberapa penyebab utama kenaikan investor ritel di Indonesia. Pertama, bertambahnya waktu luang akibat pembatasan mobilitas. Kedua, berkurangnya pengeluaran rekreasional, sehingga mendorong perilaku menabung dan berinvestasi. Ketiga, tingkat suku bunga yang rendah selama 2019-2021 yang mendorong masyarakat untuk mencari alternatif instrumen investasi yang memberikan imbal balik lebih tinggi dibanding bunga tabungan.

Peningkatan jumlah investor ritel tersebut juga dipicu kemunculan aplikasi-aplikasi investasi ritel, integrasi dengan platform pembayaran, adanya kode refferal untuk menarik pengguna hingga modal awal yang rendah dan biaya transaksi yang murah. Bhima juga membandingkan pertumbuhan investor ritel yang ada di negara lain.

“Untuk Amerika Serikat (AS) pertumbuhan investor ritel pada 2021 mencapai 25 persen, investor ritel di Uni Eropa juga naik 100 persen sejak awal 2020 dan posisi investor ritel di India naik 45 persen sejak awal pandemi hingga semester I 2021,” jelas Bhima dalam konferensi pers CELIOS bersama Pluang di Kadin Indonesia (20/9).

Jumlah investor ritel secara global mengalami peningkatan signifikan dengan diberlakukannya aturan pembatasan sosial yang memberikan investor lebih banyak memiliki cadangan uang kas dan waktu luang untuk lebih aktif di pasar keuangan.

“Google memproyeksikan potensi ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 akan tumbuh mencapai USD 146 miliar yang terbesar di Asia Tenggara,” ujarnya.

Dengan  semakin banyak investor ritel, terutama  investor domestik di pasar  keuangan, lanjut Bhima, akan meningkatkan kedalaman pasar keuangan. Hal ini dapat meningkatkan ketahanan ekonomi Indonesia dari berbagai tekanan baik internal maupun eksternal atau arus modal asing keluar. Bila mengacu data OJK tahun 2022, penggunaan dana penawaran modal kerja sebesar 67 persen, pembayaran utang 22 persen, lain-lain 4 persen, ekspansi 4 persen, dan penyertaan 3 persen. (es)