Manager Humas Perumda Pasar Jaya, Agus Lamun mengatakan, aktivasi pasar tersebut juga dilakukan dengan bersinergi berbagai pihak, termasuk perbankan.

”Aktivasi pasar bertujuan untuk semakin banyak mendatangkan masyarakat datang ke pasar. Aktivasi biasa diisi dengan acara hiburan hingga pembagian doorprize atau hadiah,” ujarnya, Kamis (21/9).

Agus Lamun menjelaskan, melalui aktivasi  tersebut bisa diharapkan membantu pedagang dalam meningkatkan omzet penjualan, termasuk di unit usaha di kawasan Tanah Abang yang dikelola Perumda Pasar Jaya.

“Kami melakukan kerja sama juga dengan perbankan agar pedagang juga mendapatkan manfaat untuk bisa mengetahui cara mendapatkan akses permodalan. Saat ini juga sedang ada aktivasi bersama Bank BTN di Pasar Blok B Tanah Abang yang akan berlangsung hingga 16 Oktober 2023,” terangnya.

Menurutnya, para pedagang yang menggunakan lokasi eksisting di unit usaha yang dikelola Perumda Pasar Jaya sebetulnya memiliki keuntungan ganda dari perkembangan teknologi digital saat ini.

“Mereka punya dua market, pertama konsumen yang datang langsung ke pasar dan kedua pembelian secara online. Kami sudah gencar melakukan sosialisasi terkait Digitalisasi Pasar dengan harapan para pedagang bisa cepat adaptif terhadap pola jual beli secara online,” ungkapnya.

Ia menambahkan, ramai tidaknya pasar tentu juga bergantung terhadap kebutuhan dan daya beli masyarakat itu sendiri. Sebab, pada saat Lebaran pengunjung pasar di kawasan Tanah Abang yang dikelola Perumda Pasar Jaya masih sangat ramai.

“Para pedagang pasar adalah mitra utama kami. Tentu kami akan melakukan upaya-upaya mendatangkan pembeli, tapi dari sisi pedagang juga harus bisa lebih kreatif dan inovatif menyesuaikan style berbelanja konsumen,” bebernya.

Agus Lamun merinci, untuk pengunjung Pasar Blok B Tanah Abang pada 10 September 2023, mulai pukul 09.00-16.00 WIB tercatat mencapai 16.390 orang.

“Untuk tanggal 11 September itu bahkan masih mencapai 18.617 pengunjung,” ucapnya.

Agus Lamun berharap, ada perlindungan terhadap produk lokal, khususnya yang dijual oleh pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar tidak kalah bersaing dengan barang-barang impor atau produsen besar.

“Banyak dari pedagang kita itu identik dengan reseller. Namun, saat ada pabrik atau produsen besar besarnya ikut masuk ke dunia e-Commerce tentu menjual dengan harga lebih murah. Inilah juga yang membuat pedagang di bawah tidak diminati karena harganya kalah bersaing. Meskipun pedagang kita juga berjualan secara online, dengan produk sama, kualitas sama pasti pembeli mencari harga termurah,” tandasnya. (hop)