Kastara.ID, Jakarta – Distrik Nehm, Ibukota Sanaa, Yaman, yang dikuasai pemberontak Houthi dibombardir oleh Pasukan Koalisi Arab Saudi (21/1). Serangan itu disebut serangan balas dendam atas gempuran pemberontak terhadap markas pasukan Yaman di Provinsi Marib pada akhir pekan lalu.

Setidaknya 35 orang dilaporkan tewas akibat serangan udara dan meriam dari kedua belah pihak.

Dilansir dari CNN Indonesia, Rabu (22/1), militer Yaman dan pemberontak Houthi saling balas serangan dengan roket dan artileri. Akibat baku tembak itu, sejumlah warga setempat mengungsi.Juru bicara Angkatan Bersenjata Yaman, Abdu Abdullah Magli, mengklaim mereka sedikit demi sedikit berhasil merebut wilayah yang tadinya dikuasai pemberontak. Jet tempur koalisi juga membombardir markas pemberontak di Provinsi Marib. Akibatnya sejumlah milisi tewas dan 25 orang lainnya berhasil ditangkap pasukan Yaman

Magli juga menyatakan, serangan itu adalah balasan atas aksi pemberontak yang menyerang markas pasukan Yaman di wilayah itu. Korban tewas akibat serangan tersebut saat ini mencapai 116 orang, dan 68 serdadu luka-luka.

Sementara Iran dilaporkan mendukung kelompok pemberontak Houthi. Sedangkan Presiden Yaman Abdu Rabbuh Mansur Hadi lari ke Arab Saudi untuk meminta perlindungan.

Perang saudara di Yaman sudah memanas sejak beberapa tahun belakangan. Saudi mulai ikut campur sejak 2015, ketika Hadi terpaksa kabur setelah Houthi menduduki Istana Kepresidenan di Sanaa.

Konflik ini pun disebut-sebut sebagai perang pion antara Saudi dan Iran di Timur Tengah karena sejumlah pihak menuding Teheran menyokong pergerakan Houthi. Di lain sisi, perang itu membuat puluhan ribu rakyat Yaman meninggal, kelaparan, dan terjangkit wabah kolera sampai hari ini.

Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan menganggap konflik yang telah berjalan selama empat tahun ini sebagai krisis kemanusiaan terburuk sepanjang sejarah. (sud)