MY Esti Wijayati

Kastara.ID, Jakarta – Para orang tua masih merasa khawatir bila anak-anaknya dibiarkan belajar tatap muka di sekolah. Vaksinasi khusus pelajar sangat mendesak dilakukan untuk kenyamanan proses pendidikan di sekolah. Anggota Komisi X DPR RI MY Esti Wijayati mengatakan, Kota Yogyakarta merupakan daerah PPKM Level 4 Covid-19. Maka, kegiatan belajar tatap muka belum bisa dilakukan.

“Soal tatap muka untuk kasus Yogyakarta, para orang tua mengjnginkan ada vaksinasi terlebih dulu bagi anak didik. Bisakah Satgas Covid membuat program khusus vaksinasi di daerah level 4 seperti Yogyakarta untuk pelajar. Para orang tua masih ketakutan belajar tatap muka dengan situasi seperti ini,” ucap legislator dapil Yogyakarta itu saat mengikuti rapat kerja dengan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim, di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (23/8).

Pada bagian lain, politisi PDI-Perjuangan itu menyoal pula bantuan alokasi kuota internet untuk para pelajar. Ada alokasi anggaran sebesar Rp 6,8 triliun untuk bantuan kuota internet pelajar yang melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Bantuan kuota ini sangat dinanti para pelajar dan oran gtuanya. Saat ini harga kuota yang dibeli dari provider Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi sudah murah.

Hanya saja, Esti mempersoalkan kuota sisa yang tidak terpakai, lalu hilang sebelum kuota baru masuk lagi. Jumlah kuotanya tidak diakumulasi dengan sisa kuota yang lama. Ini sangat disayangkan, mengingat kebutuhan internet sangat urgen di masa pandemi ini, apalagi banyak daerah terpencil belum tersentuh bantuan kuota internet. Esti mendesak agar Kemendikbud membahas kembali secara detail persoalan ini. Namun, juga pembahasannya tidak merugikan semua pihak, baik provider, Kemendikbud, dan pelajar sendiri.

“Bantuan kuota internet sudah dinanti para siswa dan orang tua siswa. Saya memahami kuota yang dibeli dari provider ini sudah murah. Tapi, di lapangan kita melihat bahwa kuota-kuota itu tidak bisa membuka semua akses link. Banyak kuota sisa yang pada pelaksanaan lalu numpuk dan hilang. Jadi kalau kemarin tidak habis, kuotanya tidak bertambah dan muncul kuota yang baru. Ini perlu kita perjelas,” urainya. (rso)