Kastara.ID, Jakarta – Survei Litbang Kompas terbaru memperlihatkan hanya 18,1 persen responden yang bakal memilih sosok capres yang di-endorse oleh Presiden Joko Widodo.

Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta melihat, persentase tersebut jauh lebih sedikit dengan responden (32,6 persen) yang memastikan tidak akan memilih siapa pun capres yang direkomendasikan oleh Jokowi.

Menurut Jamil, temuan Litbang Kompas itu tidak jauh berbeda dengan hasil survei sebelumnya. Hanya sedikit responden yang akan mengikuti capres yang di-endorse Jokowi.

“Karena itu, kiranya aneh bila Ganjar Pranowo dan Prabowo Subiakto terkesan berlomba-lomba untuk memperoleh endorse Jokowi. Ganjar dan Prabowo seolah pamer dan bangga bila dekat dengan Jokowi. Kedekatan itu lalu dimaknai sudah mendapat endorse dari Jokowi,” jelas Jamil kepada Kstara.ID (23/8).

Menurutnya, kedua kubu pengusungnya juga terkesan saling mengklaim capresnya di-endorse Jokowi. Padahal endorse Jokowi tidak berpengaruh signifikan pada elektabilitas capres yang diusung.

“Kalau terus berharap di-endorse Jokowi, maka Ganjar dan Prabowo akan dinilai calon pemimpin pengekor. Pemimpin seperti ini tentu tak layak memimpin Indonesia ke depan,” tandas Jamil.

Sebab, dalam situasi nasional dan global yang terus dalam ketidakpastian, tentu berbahaya bila Indonesia dipimpin sosok pengekor. Indonesia dalam situasi demikian justru membutuhkan pemimpin yang mandiri dan kreatif, sehingga ia akan lebih adaptif dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa dan negara.

“Jadi, partai pengusung lebih baik memperlihatkan kapasitas dan kemandirian capresnya daripada seolah mengemis mendapat endorse Jokowi. Hal itu akan dapat menciptakan kesan capresnya bukan kaleng-kaleng, tapi sosok yang handal yang kapasitasnya jauh melampaui Jokowi,” pungkasnya. (dwi)