Carrie Lam

Kastara.ID, Jakarta – China dilaporkan sedang merencanakan pemecatan Carrie Lam selaku pemimpin eksekutif Hong Kong lantaran demonstrasi besar-besaran yang tak kunjung berakhir.

Financial Times melaporkan bahwa China sedang menyusun langkah untuk menggantikan Carrie dengan pemimpin interim.

Meski demikian, beberapa sumber lainnya mengatakan bahwa keputusan tersebut tergantung pada perkembangan situasi.

Di lain sisi, Carrie sendiri belum memberikan tanggapan meski selama ini China selalu memberikan dukungan kepada Carrie di hadapan publik dan internasional.

Adapun nama-nama yang sempat mencuat adalah mantan kepala Otoritas Moneter Hong Kong Norman Chan, juga Henry Tang yang merupakan Kepala Sekretaris Administrasi Hong Kong.

Sementara itu, tersangka pelaku pembunuhan pemicu demonstrasi Hong Kong dibebaskan. Chan Tong-kai, yang menjadi tersangka kasus pembunuhan di Taiwan dilaporkan sudah bebas dari penjara setempat.

Tong-kai menjalani masa hukuman penjara selama 29 bulan terkait perkara pencucian uang dan tuduhan atas pencurian barang-barang milik mendiang kekasihnya dan kemudian menjualnya.

Pemerintah Taiwan keberatan dengan rencana Hong Kong membiarkan Tong-kai menyerahkan diri secara sukarela dan melakukan perjalanan seorang diri.

Mereka menawarkan bantuan untuk mengirim tim menjemput Tong-kai, tetapi ditolak pemerintah Hong Kong. Alasannya adalah aparat Taiwan tidak bisa melakukan penegakan hukum di Hong Kong.

Carrie Lam menggunakan kasus ini sebagai pijakan untuk mengajukan pembahasan Rancangan Undang-Undang Ekstradisi. Namun, usulan beleid itu ditentang oleh kalangan aktivis pro demokrasi karena berpotensi menjadi pasal karet untuk memburu dan menjerat pihak-pihak yang tidak sejalan dan mengkritik China.

Kini tuntutan para aktivis dan demonstran meluas hingga mendesak penerapan demokrasi menyeluruh dan menolak pengekangan oleh pemerintah China, meminta penyelidikan atas kekerasan polisi, dan meminta pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, mundur.

Para demonstran garis keras Hong Kong saat ini juga semakin beringas untuk menyerang polisi. Tidak hanya itu, mereka juga turut merusak sejumlah fasilitas umum dan toko atau kantor perusahaan yang terkait dengan China.

Bahkan demonstran radikal juga tidak segan menyerang sesama warga Hong Kong yang berbeda pendapat dengan mereka di jalanan. (yan)