Kastara.ID, Jakarta — Belakangan ini  marak informasi tentang pro kontra penggunaan inovasi teknologi nyamuk Wolbachia di Indonesia. Pro kontra ini kembali menghangat karena penyebaran nyamuk Wolbachia di Bali untuk sementara ditunda karena sejumlah kalangan menolak pelepasan jenis nyamuk yang disebut-sebut mampu mencegah penularan penyakit demam berdarah. 

Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta Fahira Idris mengungkapkan, Pemerintah harus memahami jika ada kalangan masyarakat yang khawatir bahkan menolak penyebaran nyamuk Wolbachia di daerahnya. Selain karena nyamuk ber-Wolbachia adalah inovasi teknologi yang terhitung baru, sosialisasi terkait kebijakan ini juga masih sangat minim. Belum lagi, secara psikologis, kita semua baru saja menghadapi sebuah pandemi besar yang masih menyisakan trauma tersendiri. 

“Kekhawatiran masyarakat bahkan adanya penolakan terhadap program ini harus dipahami dan diterima. Nyamuk ber-Wolbachia ini kan sebuah inovasi teknologi yang baru sehingga idealnya harus ada sebuah pra kondisi di mana pelaksana program ini secara intensif memberikan penjelasan dan pendampingan sebaik-baiknya kepada masyarakat yang menjadi sasaran program. Tanpa dukungan masyarakat, sebaik apapun program ini tidak akan berjalan maksimal. Oleh karena itu, persetujuan masyarakat menjadi hal yang utama dan penting,” ujar Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta (22/11).

Menurut Fahira Idris, semua pemangku kepentingan program ini harus mampu meyakinkan masyarakat terutama di kota-kota yang akan dijadikan proyek percontohan implementasi teknologi Wolbachia ini. Harus ada jaminan saat ini dan di masa mendatang serta contoh nyata bahwa teknologi Wolbachia aman bagi masyarakat maupun lingkungan. Kekhawatiran dan pertanyaan masyarakat misalnya soal rekayasa genetika dan nyamuk transgenik harus mampu dijawab dan diklarifikasi sebaik-baiknya, secara ilmiah serta disertai bukti yang nyata.

“Sekali lagi, pentingnya pra kondisi sebelum program ini diimplementasikan. Jangan sampai penjelasan, klarifikasi, sosialisasi bahkan pendampingan baru dilakukan setelah ada penolakan dari masyarakat. Sosialisasi yang intensif dan sebaik-baiknya untuk mendapat persetujuan dari masyarakat harus menjadi langkah yang paling pertama dilakukan. Program ini bisa berjalan jika masyarakat sudah paham dan setuju,” pungkas Fahira Idris. 

Sebagai informasi, saat ini berbagai upaya dilakukan untuk pengendalian kasus demam berdarah. Salah satunya melalui teknologi Wolbachia. Teknologi ini memanfaatkan bakteri Wolbachia yang secara alami terdapat di sejumlah serangga dan dicermati dapat melumpuhkan virus dengue. (dwi)