Ekspor Indonesia

Kastara.id, Jakarta – Kenaikan pertumbuhan ekspor belum optimal padahal impor tumbuh tinggi. Pertumbuhan ekspor lebih terbatas disebabkan kinerja ekspor komoditas andalan, seperti pertanian dan pertambangan, yang tidak sekuat prakiraan.

Sementara itu, impor tumbuh tinggi sejalan dengan permintaan domestik, meskipun pertumbuhan impor bulanan telah menunjukkan perlambatan. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2018 diprakirakan berada pada kisaran bawah 5,0-5,4%.

BI juga mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus pada September 2018. Surplus neraca perdagangan tercatat 0,23 miliar dolar AS, membaik dibandingkan dengan kinerja neraca perdagangan bulan sebelumnya yang mencatat defisit 0,94 miliar dolar AS. Demikian rilis hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (23/10).

“Perbaikan tersebut ditopang oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat dan defisit neraca perdagangan migas yang menurun. Perbaikan neraca perdagangan nonmigas dipengaruhi oleh penurunan impor nonmigas, terutama karena turunnya impor barang modal dan bahan baku,” jelas Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, dalam rilis tersebut.

Secara kumulatif Januari-September 2018, neraca perdagangan Indonesia mencatat defisit 3,78 miliar dolar AS. Sementara itu, posisi cadangan devisa cukup tinggi sebesar 114,8 miliar dolar AS pada akhir September 2018. Nilai tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

Ke depan, prospek neraca perdagangan dan transaksi berjalan diharapkan terus membaik sejalan dengan berbagai upaya Pemerintah bersama Bank Indonesia untuk menurunkan defisit transaksi berjalan. (mar)