Kastara.id, Jakarta – Sultan Hamengkubuwono X mengingatkan para hakim agar mengedepankan kebijaksanaan daripada kekayaan. Karena kurangnya kebijaksanaan dan mengejar kekayaan yang mengakibatkan banyak hakim berurusan dengan KPK.

Hal itu dikemukakan Raja Keraton Jogjakarta saat memberi sambutan dalam halal bi halal Forum Intelektual dan Budayawan (Forinba) di Jakarta (23/7) dan dihadiri sejumlah tokoh, termasuk cendekiawan dan budayawan Muhammad Sobary dan Cosmas Batubara, serta GKR Hemas.

Sultan mencontohkan dialog yang terjadi antara seorang sufi bernama Nasrudin Hoja dengan seorang hakim di Turki zaman kekhalifahan. Hakim bertanya, apa yang akan dipilih Nasrudin antara kekayaan dan kebijaksanaan? Nasrudin menjawab memilih kekayaan.

Akibat pilihan itu, sang hakim menghujat habis Nasrudin. Menurut sang hakim, tak seharusnya Nasrudin yang terkenal sebagai cendekiwan memilih kekayaan. Seharusnya memilih kebijaksanaan.

Dengan sabar, Nasrudin balik bertanya. Apa yang dipilih sang hakim? Dengan cepat hakim menjawab, tentu memilih kebijaksanaan. Maka Nasarudin berkata, “Jelaslah sudah, yang Anda pilih mestilah yang belum Anda miliki.”

Sultan mengingatkan, agar para hakim mendahulukan mengejar kebijaksanaan. Dengan kebijaksanaan itulah, kata “yang mulia” pantas dilekatkan. “Kata yang mulia itu kini seringkali terinflasi dan terdegradasi oleh segelintir elite,” kata Sultan.

Sultan menyadari bahwa masalah ini tidak mudah. “Saya yakin, di tengah godaan hedonisme yang konsumeristik sekarang ini, menjadi yang mulia itu tidaklah mudah,” ujarnya.

Pada bagian lain, Sultan menjelaskan makna Idul Fitri adalah kembali suci. “Korelasinya dengan kehidupan kita harus didukung oleh niat baik serta semangat islah kultural dan rekonsilisasi politik penuh suasana saling maaf-memaafkan,” kata Sultan. (rya)