Erlina Burhan

Kastara.ID, Jakarta – Dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, dr Erlina Burhan meminta pemerintah menghentikan pembelian alat tes cepat atau rapid test corona. Pasalnya alat tersebut tidak efektif mendeteksi seseorang terjangkit virus corona atau Covid-19.

Saat menjadi narasumber di Indonesia Lawyers Club (ILC) di TVOne (24/3), Erlina menjelaskan, rapid test hanya bisa digunakan mendiagnosa adanya virus corona jika terdapat antibodi yang terbentuk saat seseorang menunjukkan gejala. Jika seseorang dalam masa inkubasi, hasil rapid test yang dilakukan hampir pasti negatif. Pasalnya serologi belum terbentuk. Kondisi ini kerap disebut negatif palsu.

Menurut Erlina, akibatnya bisa fatal. Pasien merasa dirinya negatif dan beraktivitas seperti biasa. Padahal mereka justru bisa menjadi penyebar dan menularkan virus corona.

Itulah sebabnya menurut Erlina anggapan rapid tes bisa menghambat penyebaran virus corona adalah salah. Persepsi itu harus diluruskan. Terlebih saat ini dilakukan rapid test secara besar-besaran. Itulah sebabnya anggota Satgas Waspada dan Siaga Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) ini meminta pemerintah tidak lagi melakukan impor rapid test.

Alat yang sudah terlanjur dibeli, mau tidak mau diterima. Tapi ke depannya menurut Erlina jangan lagi. Untuk mendeteksi virus corona, Erlina menyarankan pemerintah mendatangkan alat polymerase chain reaction (PCR). Alat yang hanya bisa digunakan di rumah sakit atau laboratorium kesehatan ini lebih efektif dan akurat jika dibandingkan rapid test. (ant)