Ekonomi

Kastara.ID, Jakarta – Perekonomian Indonesia Semester I 2019 bertumbuh sebesar 5,05 persen (yoy). Hal ini diungkapkan oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati saat menggelar Konferensi Pers APBN KiTa (Kinerja dan Fakta), hari ini di Aula Juanda Jakarta (26/8).

“Hampir semua negara di dunia mengalami perlemahan, makanya kalau dalam konteks ini Indonesia bisa menjaga dan terjaga (pertumbuhannya) di atas 5% ini merupakan sesuatu yang cukup exceptional di tengah seluruh negara yang mengalami revisi ke bawah bahkan ada yang sudah masuk resesi,” ujar Menkeu.

Pada kesempatan itu, Menkeu juga mengatakan bahwa untuk Semester I tahun 2019 ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh kuatnya konsumsi dan kebijakan counter cyclical belanja pemerintah.

Lebih lanjut, Menkeu mengatakan bahwa konsumsi rumah tangga tumbuh stabil di atas 5% sejalan dengan tingkat inflasi yang terjaga pada kisaran 3%. Aktivitas konsumsi pada triwulan II ini menurutnya juga didukung oleh adanya momentum bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri, serta adanya liburan sekolah.

Sementara itu, aktivitas konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) berkisar di angka 5,17%. Hal ini menurut Menkeu dikarenakan adanya kegiatan Pemilu yang mencakup pengeluaran partai dan organisasi sosial pada bulan April lalu yang mampu mendongkrak tingkat konsumsi LNPRT tersebut.

Menkeu menambahkan bahwa pertumbuhan konsumsi pemerintah mencatatkan hasil yang bagus. “Government spending bahkan merupakan yang tertinggi sejak 2014,” kata Menkeu. Hal ini disebabkan karena tingginya realisasi belanja pegawai, belanja barang dan belanja lainnya yang mampu mendorong pertumbuhan konsumsi pemerintah.

Selain itu, Menkeu mengatakan bahwa penerapan kebijakan fiskal yang bersifat ekspansif di tengah kondisi global yang kurang kondusif menjadi penting untuk menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.

Pada konpers ini, Menkeu juga memberikan catatan pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang masih di angka 5%. “Kita harus bekerja lebih keras agar terjemahan dari adanya capital inflow dan confidence bisa muncul dalam bentuk investasi (yang) harusnya bisa tumbuh diatas 5%,” jelas Menkeu.

Menkeu menambahkan bahwa pada tahun 2018 yang lalu PMTB pada semester 1 hingga kuartal III bisa di angka yang mendekati 8% meskipun pada akhir tahun lalu berada di angkat 6,01%. Menkeu juga mengingatkan agar tetap mewaspadai penurunannya lagi dikarenakan pada Semester I tahun 2019, PMTB tercatat sebesar 5,02%.

“Ini adalah sesuatu yang harus kita waspadai juga karena di satu sisi capital inflow terjadi, di sisi lain juga bahwa confidence terhadap arah kebijakan muncul namun terjemahannya dalam bentuk momentum investasi masih perlu untuk terus diperbaiki,” kata Menkeu.

Menkeu menggarisbawahi PMTB masih belum tumbuh optimal. Sektor bangunan masih terjaga seiring keberlanjutan pembangunan infrastruktur, namun penurunan harga komoditas primer mempengaruhi kinerja investasi mesin perlengkapan. (mar)