BROL

Kastara.ID, Jembrana – Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) yang merupakan satuan kerja Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), merayakan 15 tahun sebagai lembaga riset dengan gelar webinar “15 Tahun BROL, Menuju Lembaga Riset Unggul dan Inovatif di Bidang Prediksi Kelautan: Capaian dan Tantangan”, pada 26 Agustus 2020. Acara dibuka Kepala BRSDM KP Sjarief Widjaja dan hadir sebagai narasumber, dua tokoh besar bidang kelautan dan perikanan sebagai founding father BROL yaitu Indroyono Soesilo dan Rokhmin Dahuri.

Kepala BRSDM Sjarief Widjaja menyampaikan pentingnya kolaborasi dan sinergi riset lintas sektor baik dengan sesama K/L, pemerintah daerah maupun swasta dalam rangka hilirisasi dan inovasi hasil riset, terutama untuk menjawab tantangan keterbatasan SDM dan ketersediaan dana riset.

“Indonesia secara geografis memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat potensial. Mengelola hal tersebut membutuhkan kolaborasi dan sinergi antar lembaga yang berkepentingan. Perlu adanya riset bersama untuk memperkaya data dan hilirisasinya,” tegas Sjarief.

Sementara Indroyono Soesilo yang merupakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dalam Kabinet Kerja, menyatakan bahwa BROL memiliki peran penting dalam menjawab tantangan kelautan nasional maupun internasional. “Dengan berbagai fasilitas dan inovasi riset yang handal, harapannya BROL dapat menjadi National Observation Data Centre (NODC) dalam mendukung Indonesia Global Ocean Observing System (INA-GOOS),” tuturnya.

Dalam mewujudkan cita-cita tersebut, berbagai jejaring kerja sama dalam peningkatan kapasitas riset terus dilakukan, misalnya dengan pelaksanaan joint cruise expedition hingga operasional INDESO (Infrastructure Development for Space Oceanography) yang dilanjutkan dengan BARATA (Bali Radar Ground Receiving Station), berfokus pada oil spill dan penanggulangan IUU Fishing. Dalam tata kelola kelembagaan, BROL juga telah mendapatkan pengakuan dalam Pusat Unggulan Iptek (PUI) Sistem Prediksi Kelautan dan juga predikat Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK).

Kepala BROL I Nyoman Radiarta menyatakan dengan berbagai capaian tersebut, BROL siap wujudkan diri menjadi lembaga riset unggul dan inovatif di bidang prediksi kelautan. “Saat ini kami sudah berfokus pada inovasi dan hilirisasi hasil riset kepada stakeholder, yang diwujudkan dengan pengembangan basis data antara lain dengan diluncurkannya SIDIK (Sistem Prediksi Kelautan) dan OMIS (Observation and Monitoring Information System),” jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, Rokhmin Dahuri menyatakan bahwa BROL harus siap menjawab berbagai tantangan yang ada dengan menyiapkan strategi menjadi a world class research agency. “Riset harus berbasis pada market demand. Harus dilakukan GAP analysis dan market survey kebutuhan stakeholder seperti ditjen teknis maupun industri sehingga  inovasi dapat terus dilakukan,” terangnya.

Tidak hanya itu, inovasi hasil riset didorong untuk diperkenalkan secara luas kepada masyarakat luas, dapat di-scalling up dan dikomersialisasikan. Perlu adanya branding yang menarik terhadap hasil riset kelautan sehingga dapat dikenal masyarakat luas terutama kepada anak muda.

Diresmikan sejak tahun 2005, BROL memiliki tugas pokok melaksanakan riset dan observasi sumber daya laut. Berawal dari instalasi observasi kelautan pada 2002 dan dikenal sebagai SEACORM (Southeast Asia Center for Ocean Research and Monitoring) menjadi cikal bakal cita-cita sebagai pusat data kelautan nasional. Perubahan nomenklatur beberapa kali terjadi, yakni Balai Riset dan Observasi Kelautan (BROK) pada tahun 2005, Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) pada tahun 2011, dan Balai Riset dan Observasi Laut (BPOL) sejak 2017. (wepe)