Esemka

Kastara.ID, Jakarta – Presiden Joko Widodo saat menjamu pemimpin redaksi media massa di Istana Kepresidenan mengklaim dirinya boleh cawe-cawe dalam politik demi kepentingan bangsa dan negara.

“Klaim Jokowi tentu layak diapresiasi karena cawe-cawe yang dimaksudnya bernada positif. Jokowi ingin menjaga demokrasi dan agar pemilu berlangsung jujur dan adil (jurdil),” ungkap M Jamiluddin Ritonga kepada Kastara.ID, Selasa (30/5) petang.

Menurut Pengamat Komunilasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jakarta ini, Jokowi ke depan diharapkan akan memperlakukan sama kepada semua bakal capres dan caleg. Jokowi juga akan menjaga jarak yang sama kepada semua koalisi yang akan mengusung pasangan capres-cawapres.

“Namun itu tentu idealnya. Sebab, dalam politik kerap berlaku teori dramaturgi,” tandasnya.

Dalam teori ini, jelasnya, politisi dimaknai seperti drama dalam teater. Namanya drama tentu ada panggung belakang dan panggung depan di mana politisi akan tampil.

“Panggung belakang, menjadi bagian tersembunyi dari pertunjukan sang politisi. Di sini politisi tampil seutuhnya sesuai identitas aslinya,” jelas Jamil.

Sementara panggung depan, politisi membangun dan menunjukman sosok ideal dari identitas yang akan ditunjukkan kepada publik. Di sini politisi tampil sesuai lakon yang diinginkan.

“Jadi, lakon politisi di panggung belakang dan panggung depan pada umumnya berbeda. Karena itu, apa yang ditampilkan politisi di panggung depan tidak harus ditelan begitu saja,” imbuh Jamil.

Menurut Jamil, cawe-cawe Jokowi demi kepentingan bangsa dan negara bisa saja hanya lakon di panggung depan. Panggung belakang, lakon Jokowi bisa jadi berbeda. Bisa saja lakon Jokowi justru untuk capres dan koalisi tertentu.

“Jadi, proses waktu akan menguji sama tidaknya lakon Jokowi di panggung belakang dan panggung depan. Harapannya tentu lakon Jokowi di panggung belakang dan panggung depan sama,” tandas pengamat yang juga mantan Dekan Fikom IISIP Jakarta.

Kalau lakon itu yang dilakukan Jokowi, maka lakonnya memang konsisten di panggung belakang dan panggung depan. Karena itu, Jokowi memang sudah memerankan sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara.

Namun dalam dunia politik, hal itu jarang terjadi. Lakon di panggung belakang dan panggung depan umumnya berbeda.

“Apakah Jokowi juga melakonkan layaknya kebanyakan politisi dalam hal cawe-cawe? Biarkan waktu yang menjawabnya,” pungkas Jamil. (dwi)