Ruangguru

Kastara.ID, Jakarta – Aplikasi belajar online Ruangguru kembali tersandung masalah. Seorang warga bernama Irvan Noviandana mengirimkan surat somasi kepada PT Ruang Raya Indonesia, perusahaan pemilik aplikasi Ruangguru. Hal ini terkait dengan konten G30S/PKI yang terdapat dalam aplikasi tersebut.

Sumadi Admadja, kuasa hukum Irvan, menjelaskan pihaknya menganggap Ruangguru sengaja mengaburkan peristiwa yang terjadi pada 1965 tersebut. Itulah sebabnya Irvan menuntut perusahaan milik mantan staf khusus Presiden Joko Widodo (Jokowi), Adamas Belva Syah Devara meminta maaf dan mengubah isi kontennya.

Saat memberikan keterangan (28/9), Sumadi mengatakan surat somasi telah dikirimkam pada hari yang sama. Ia pun memberi tenggat waktu tiga hari bagi Ruangguru untuk memberikan respons. Jika tidak ada itikad baik atau tidak ada komunikasi, Sumadi mengancam akan melaporkan Ruangguru ke pihak kepolisian.

Sumadi menuturkan, konten yang dipermasalahkan adalah materi berjudul Sejarah Kelas 9 I Bentuk-Bentuk Ancaman Disintegrasi Bangsa Indonesia. Materi tersebut tulis oleh Fahri Abdillah pada tanggal 6 Februari 2020. Materi itu memunyai tautan https://blog.ruangguru.com/ancaman-disintegrasi-bangsa.

Dalam konten tersebut terdapat lenggalan kalimat, “Nah untuk konflik G30S PKI sendiri, sampai saat ini masih belum jelas siapakah yang salah dan siapa yang menjadi korbannya”. Kalimat tersebut dinilai melenceng dsri sejarah. Selain itu kalimat tersebut berpotensi mengaburkan sejarah bangsa.

Padahal peristiwa yang mengakibatkan gugurnya tujuh pahlawan revolusi itu sudah jelas didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Konten lain yang juga dipermasalahkan adalah Sejarah Kelas 12 I Apa yang Terjadi pada 30 September Hingga 1 Oktober 1965 dari Berbagai Sudut Pandang. Konten yang ditulis oleh Kresnoadi pada tanggal 30 September 2019 itu dimuat dengan link: https://blog.ruangguru.com/g30s.

Konten itu juga dianggap menyesatkan lantaran terdapat kalimat “Nah, kamu yakin enggak film itu berisi hal yang sebenarnya? Kira-kira kenapa di artikel ini enggak ada tulisan G30S/PKI.”

Sumadi berharap, pelajaran sejarah apalagi mengenai komunis di Indonesia diajarkan dengan baik dan benar kepada generasi bangsa. Jangan sampai ada upaya pengaburan apalagi penghilangan sejarah. (ant)