Kastara.ID, Jakarta – Memberi itu terangkan hati, …. Seperti matahari yang menyinari bumi…

Cukilan syair lagi Iwan Fals berjudul ‘Seperti Matahari’ ini mengingatkan kita bahwa hidup bukan tentang bagaimana menikmati, melainkan juga berbagi. Seperti matahari yang tak pernah berhenti memancarkan sinarnya.

Ada banyak cara untuk menebar kebaikan dan berbagi. Salah satunya seperti yang ditawarkan Kedai Difabis Coffee and Tea di Kawasan Terowongan Kendal, Dukuh Atas, Jakarta Pusat. Kedai kopi yang dikelola penyandang difabel ini mengusung program ‘Kopi dibagi dan Kue Dibagi’.

Apa itu Kopi dibagi dan Kue dibagi? Adi Rahzal Rafna, sekretaris program Difabis Coffe and Tea menjelaskan, program ini mengajak warga Jakarta yang memiliki rezeki berlebih untuk berbagi kebahagiaan dengan sesama.

Dalam program ini, jelas Adi, pembeli bisa berbagi dengan membeli dua  kopi atau dua kue dan satunya diberikan untuk orang lain. Kemudian pembeli mendapat stiker yang bisa ditempel di papan, nantinya orang yang ingin dapat minuman gratis dapat mengambil stiker itu dan menyerahkan ke kasir untuk memperoleh minuman atau makanan gratis.

“Dengan program ini, kami ingin pembeli juga bisa saling berbagi dengan orang lain yang membutuhkan,” tutur Adi.

Menurut Adi, minuman dan kue yang dibagikan pembeli ini biasanya dinikmati pengemudi ojek, pemulung, serta orang lain yang membutuhkan saat melintas di kawasan Transit Oriented Development (TOD) Dukuh Atas ini.

Adi menambahkan, keberadaan Kedai Difabis Coffee and Tea ini juga merupakan salah satu manifestasi dari bentuk berbagi kasih kepada sesama, khususnya rekan difabel, yang didukung Pemprov DKI melalui Baznas Bazis.

Di kedai kopi yang telah berdiri sejak satu tahun lalu ini, kata Adi, teman-teman penyandang disabilitas diberdayakan untuk dapat berkarya dan mandiri.

“Kami memberdayakan lima penyandang tuna rungu dan satu tuna daksa. Mereka sudah mendapat pelatihan usaha dari Baznas Bazis DKI,” ungkap Adi.

Untuk mempermudah komunikasi antar pembeli dan karyawan kedai, jelas Adi, pihaknya telah menyiapkan banner bahasa isyarat (Bisindo) tepat berada di depan kios.

“Alhamdulillah, pembeli lumayan ramai. Makanan dan minuman yang disajikan  bervariasi dan rasa-rasanya mengikuti tren masa kini,” ucap Adi.

Harga yang ditawarkan Difabis Coffee and Tea pun cukup terjangkau, untuk minuman dijual mulai harga Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu, sementara makanan dibanderol mulai Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu.

“Untuk pembayaran kita bisa tunai, debit maupun Qris. Keuntungan yang didapat digunakan untuk restok barang dan pembinaan para difabel,” tuturnya

Menurut Adi, pengembangan kios saat ini sudah mulai dibangun di Jakut dan Jaktim. Rencana ke depannya, kios difabis ini akan dibuat di setiap stasiun MRT atau lokasi strategis lainnya di Ibukota.

“Kita harus merangkul dan menciptakan Jakarta yang ramah disabilitas,” tegasnya. (hop)